Pasalnya, menurut Arif, masih banyak hunian sementara (huntara) dan sekolah yang belum dibangun setelah enam bulan pasca gempa besar mengguncang Lombok.
"Huntara masih dibutuhkan, masih banyak sekolah yang belum jelas kapan dibangun. Bukan hanya level sekolah dasar tapi juga SMP, SMA perlu dicari solusinya agar bisa dibangun secepat mungkin. Kami harap pemerintah segera merespon," kata Arif dalam diskusi bertajuk Menyoal Lambannya Pemulihan Lombok, di Jakarta, Kamis.
Tak hanya huntara dan sekolah, banyak fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas masih porak poranda dan belum direnovasi bangunannya.
Menurut dia, bila negara terlambat memulihkan infrastruktur di Lombok, dikhawatirkan akan menyebabkan masyarakat setempat trauma berkepanjangan. "Efeknya membuat masyarakat Lombok traumanya sulit dipulihkan, perkembangan ekonomi di sana yang melambat," katanya.
Sementara, Arif mengatakan ada 22 lembaga kemanusiaan yang terjun membantu menangani masa pemulihan wilayah terdampak bencana di Lombok. Puluhan lembaga tersebut tercatat telah berhasil membangun 3.939 hunian sementara, 51 masjid, 20 sekolah, 62 MCK, 40 fasilitas kesehatan dan 110 tempat aktifitas psikososial.
Namun, sejumlah bangunan yang telah didirikan kembali itu, masih belum cukup untuk mengembalikan kondisi masyarakat Lombok ke kondisi sebelum terjadinya gempa besar. "Ini skalanya besar. 'Bolanya' ada di pemerintah," katanya.
Pihaknya pun mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah agar segera berdialog dengan para pegiat kemanusiaan untuk mempercepat pemulihan infrastruktur di Pulau Seribu Masjid tersebut.
"Semua stakeholder agar bisa duduk bareng menentukan kekurangan, apa lagi yang dibutuhkan masyarakat. Karena penyintas harus segera dipulihkan dan kebutuhannya harus kita penuhi," katanya.*
Baca juga: 72 persen korban gempa NTB sudah terima bantuan dana rekonstruksi
Baca juga: Ironis, baru 120 rumah dibangun usai gempa Lombok
Baca juga: Korban gempa Lombok tunggu bantuan pemerintah
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019