Surabaya (ANTARA News) - Timnas Konversi Minyak Tanah ke LPG PT Pertamina (Persero) akan menggandeng PT Pos Indonesia untuk mendistribusikan tabung gas hingga 1,5 juta tabung kepada rumah tangga. "Minggu lalu kami tandatangan nota kesepahaman dengan PT Pos. PT Pos selama ini melakukan BLT (bantuan langsung tunai) sehingga datanya kuat dan akurat," kata Vice President Communication PT Pertamina (Persero) Wisnuntoro di Surabaya, Sabtu, dalam Sosialisasi Konversi Minyak Tanah ke LPG bekerjasama dengan PWI Jatim. Dia mengatakan proses distribusi tabung dan kompor gas tahun ini ditarget mencapai enam juta tabung. Hingga kini jumlah tabung gas yang telah didistribusikan mencapai angka satu juta tabung. Wisnuntoro optimistis pada akhir tahun jumlah tabung yang terdistribusi bisa mencapai target 5,6 juta tabung untuk rumah tangga, sedangkan sisanya yang 400 ribu untuk sektor UKM. "Kekurangan 4,6 juta untuk sektor rumah tangga tersebut akan digenjot dalam jangka waktu tiga bulan mendatang. Ini didukung dengan berbagai langkah strategis yang dilakukan oleh Pertamina dengan menggandeng BUMN jasa pelayanan pos, PT Pos Indonesia (persero). Dia mengatakan PT Pertamina akan menyuplai tabung untuk kota-kota besar selain Jakarta. "Di Surabaya diharapkan mencapai 500 ribu tabung. Selain itu beberapa kota besar lainnya juga 500 ribu tabung," katanya. Wisnu mengatakan, pihaknya juga akan menyediakan SDM atau juru penerang dengan mendirikan posko informasi melalui jaringan PT Pos Indonesia yang ada. "Kalau ada pertanyaan masyarakat bisa menanyakan pada jupen yang ada di kantor pos tersebut," katanya. Pada kesempatan tersebut Wisnuntoro juga meluruskan pandangan di masyarakat kalau menggunakan tabung akan mudah meledak. "Kalau meledak tidak ada, yang ada `ngowos` dan berdasarkan survei sumber utama kebakaran adalah kortsleting listrik dan kompor minyak tanah," katanya. Ketua PWI Pusat, Tarman Azzam mengatakan untuk mengubah budaya masyarakat yang sudah terbiasa menggunakan minyak tanah ke LPG tidak bisa dengan cara-cara revolusioner, karena dengan reformasi saja sudah kacau balau. Tarman juga mengkritik tidak adanya alat ukur untuk mengetahui LPG yang sudah terpakai, agar warga bisa tahu kalau LPG-nya akan habis. Ia juga mendesak pemerintah untuk tidak buru-buru menarik distribusi minyak tanah usai lebaran tahun ini, karena hal itu tentu berdampak buruk sehubungan dengan belum siapnya masyarakat untuk mengkonversi minyak tanah ke LPG.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007