Maroko merupakan salah satu pasar ekspor nontradisional yang menjadi hub ke pasar Afrika dan Eropa.
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia dan Maroko tengah mengidentifikasi produk potensial untuk meningkatkan perdagangan dalam skema Perjanjian Perdagangan Preferensial atau preferential trade agreement (PTA).
"Pada pertemuan kali ini, kedua negara telah mengidentifikasi sektor dan produk potensial untuk ditingkatkan perdagangannya," kata Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Ni Made Ayu Marthini lewat keterangannya di Jakarta, Rabu.
Indonesia menyampaikan beberapa produk antara lain komponen otomotif, produk kulit, tekstil, rempah-rempah, makanan dan minuman, furnitur, kelapa sawit, kertas, kopi, dan produk perikanan.
Sedangkan pada pertemuan dengan Kadin Indonesia, Maroko menyampaikan keinginannya untuk menjajaki kerja sama di sektor kelapa sawit, kopi, tekstil, karet dan ban, agro industri, farmasi, dan minyak zaitun.
Maroko merupakan salah satu pasar ekspor nontradisional yang menjadi hub ke pasar Afrika dan Eropa.
Total perdagangan Indonesia-Maroko pada 2017 mencapai 154,8 juta dolar AS dengan ekspor Indonesia ke Maroko sebesar 86 juta dolar AS sedangkan impor Indonesia dari Maroko sebesar 68,8 juta dolar AS.
Dengan demikian, pada tahun 2017 Indonesia surplus perdagangan sebesar 17,1 juta dolar AS terhadap Maroko.
Produk ekspor Indonesia ke Maroko adalah kopi sebesar 23,5 juta dolar AS; benang serat stapel tiruan 9,0 juta dolar AS; benang serat stapel sintetik 7,5 juta dolar AS; minyak kelapa sawit dan fraksinya, baik yang dimurnikan maupun tidak 7,1 juta dolar AS; dan senyawa amino oksigen 4,6 juta dolar AS.
Sementara impor Indonesia dari Maroko adalah kalsium fosfat alami 42,4 juta dolar AS; setelan jaket untuk wanita 6,2 juta dolar AS; blus dan kemeja wanita 4,4 juta dolar AS; pupuk mineral atau kimia 3,7 juta dolar AS; pakaian olahraga, pakaian ski, dan pakaian renang 1,4 juta dolar AS.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019