Rusia tidak memotong produksi dengan antusiasme yang sama seperti Saudi
New York (ANTARA News) - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dipicu kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi dunia dapat mengurangi permintaan bahan bakar ketika produksi minyak mentah AS meningkat ke tertinggi baru, serta pemangkasan pasokan oleh Arab Saudi dan sekutunya lebih kecil daripada yang diiklankan.
Proyeksi pertumbuhan global baru yang suram oleh Dana Moneter Internasional (IMF) dan tanda-tanda sedang meluasnya perlambatan di China membebani harga minyak mentah, karena para pedagang mengkhawatirkan tentang meningkatnya pasokan pada 2019 meskipun harga minyak lebih rendah.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, turun 1,23 dolar AS menjadi menetap pada 52,57 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret turun 1,20 dolar AS menjadi ditutup pada 61,50 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Data dari Arab Saudi pada Senin (21/1) menunjukkan ekspor minyak mentah pada November naik menjadi 8,2 juta barel per hari dari 7,7 juta barel per hari pada Oktober, karena produksi naik menjadi 11,1 juta barel per hari.
Data pemerintah AS minggu lalu, menunjukkan produksi minyak mentah negara itu mencapai rekor 11,9 juta barel per hari.
"Mereka tidak memperkirakan itu (rekor produksi hampir 12 juta barel per hari) selama beberapa bulan," kata Anggota Pengelola di Tyche Capital di New York, Tariq Zahir. "Kami melihat penurunan yang sangat besar pada rig (pengeboran minyak AS) pada Jumat (18/1), tetapi tergantung pada apakah Arab Saudi benar-benar akan melakukan pemotongan ini."
Kekhawatiran pasar atas kedalaman pemotongan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, termasuk Rusia, juga mendorong harga lebih rendah pada perdagangan Selasa (22/1), kata para analis.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak tidak akan terbang ke Swiss untuk menghadiri forum ekonomi dunia Davos karena perubahan jadwalnya, kata seorang juru bicara kementerian energi.
Novak sebelumnya mengatakan dia akan bertemu rekannya dari Saudi, Khalid al-Falih di Davos, jika menteri itu hadir.
Falih, yang mengkritik pengurangan produksi Rusia lebih lambat dari yang diharapkan, juga tidak mungkin berkunjung, menurut laporan Bloomberg.
"Ada spekulasi bahwa keduanya mungkin tidak saling bertemu," kata Direktur Berjangka Energi di Mizuho, Robert Yawger, di New York seperti dikutip Reuters. "Rusia tidak memotong produksi dengan antusiasme yang sama seperti Saudi."
Amerika Serikat telah memuncaki Rusia dan Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar di dunia, produksinya meningkat hampir 2,4 juta barel per hari selama setahun terakhir, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).
Tujuh puluh persen dari eksekutif senior industri energi berencana untuk meningkatkan atau mempertahankan belanja modal tahun ini, dibandingkan dengan 39 persen pada 2017, sebuah survei oleh penasihat DNV GL menunjukkan minggu ini.
"Meskipun volatilitas harga minyak lebih besar dalam beberapa bulan terakhir, penelitian kami menunjukkan bahwa sektor ini tampaknya percaya diri dalam kemampuannya untuk mengatasi ketidakstabilan pasar serta harga-harga minyak dan gas yang lebih rendah dalam jangka panjang," kata Liv Hovem, yang memimpin divisi minyak dan gas DNV.
Baca juga: Emas berjangka naik tipis, dolar AS melemah
Baca juga: Dolar AS melemah di tengah tanda perlambatan ekonomi global
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (21/1) memperingatkan risiko perlambatan global telah meningkat karena perdagangan internasional yang terbatas, dan memangkas perkiraan pertumbuhan global 2019 menjadi 3,5 persen dari 3,7 persen pada prospek Oktober lalu.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan di Davos bahwa pertumbuhan yang melambat tidak menandakan resesi yang akan datang, tetapi mengatakan risiko "penurunan yang lebih tajam" dalam pertumbuhan global telah meningkat.
China melaporkan pertumbuhan ekonomi tahunan terendah dalam hampir 30 tahun pada Senin (21/1) dan perencana negaranya memperingatkan pada Selasa (22/1) bahwa penurunan pesanan pabrik menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam aktivitas serta lebih banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Pialang kapal tanker yang berbasis di Singapura, Eastport mengatakan, aktivitas manufaktur China yang melambat cenderung membebani permintaan. Pertumbuhan ekonomi China menyentuh level terendah 28 tahun
"Ada banyak kekhawatiran di pasar minyak tentang data ekonomi China yang lebih lemah," kata Ahli Strategi Pasar Senior di RJO Futures, Phillip Streible . "Ekspansi ekonominya yang terlemah sejak 1990."
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019