"Restoran biasanya ramai saat makan siang dan makan malam, tapi sisanya lengang, kami ingin membuat restoran tetap penuh di semua waktu,” kata co-founder & Group Chief Executive Officer Eatigo, Michael Cluzel, dalam peluncuran di Jakarta, Selasa.
Michael mengatakan misi Eatigo adalah membantu restoran menghadapi masalah kursi kosong pada jam-jam sepi, lalu menghubungkannya dengan para pecinta kuliner.
Cara kerja platform reservasi yang berdiri sejak 2013 ini adalah memanfaatkan manajemen hasil (yield management) melalui diskon berbasis waktu.
Aplikasi yang bisa diakses lewat komputer dan smartphone ini membantu restoran mengubah permintaan dan membentuk traffic pengunjung dengan cara memaksimalkan kapasitas dan meningkatkan profitabilitas mereka.
Platform reservasi restoran online ini hadir di Indonesia setelah menjangkau Hong Kong, Singapura, Thailand, Malaysia, India dan Filipina dengan jumlah total unduhan lima juta pengguna.
Setiap restoran yang berpartisipasi menawarkan diskon sepanjang waktu, paling sedikit 10 persen hingga maksimal 50 persen. Diskon hanya berlaku untuk makanan, sedangkan harga minuman tetap dipatok sesuai harga aslinya.
Besaran diskon bervariasi dari waktu ke waktu, ada pilihan diskon untuk setiap jeda 30 menit dari jam buka hingga jam tutup restoran.
Setelah memilih jam tertentu, pengguna hanya diberikan tolerasi terlambat hingga 15 menit dari jadwal yang dipilih.
Sejak dimulai pada pertengahan Desember 2018 lalu, Eatigo sudah bekerjasama dengan lebih dari 250 restoran di Jabodetabek dan dipastikan jumlahnya akan terus bertambah dari waktu ke waktu.
Eatigo, yang telah memperoleh pendanaan terkini sebesar 25,5 juta dolar AS, bekerjasama dengan restoran siap saji hingga kelas atas. Tidak ada kriteria khusus, kecuali restoran tersebut harus populer dan diminati oleh banyak orang.
Kursi-kursi kosong di restoran yang jadi partner dapat dipesan tanpa syarat seperti pembayaran di muka atau penggunaan kartu kredit. Pesanan bisa dibuat untuk makan pada hari itu juga hingga satu bulan ke depan, untuk satu hingga 10 kursi setiap pesanan.
Michael optimistis atas perkembangan aplikasi, yang sudah diunduh 40.000 kali dalam sebulan terakhir, di Indonesia melihat iklim transaksi digital yang semakin kondusif di Tanah Air.
Meski orang-orang Indonesia umumnya tidak terbiasa memesan tempat di restoran, itu bukan kendala bagi Eatigo. Michael mengemukakan hal serupa juga ditemui olehnya di Thailand dan Filipina yang sudah lebih dulu mengenal aplikasi tersebut.
“Kami percaya diri di sini orang akan termotivasi juga untuk reservasi restoran karena ada diskon,” ujar dia.
Tantangannya justru mengenali pasar di tiap kota dan memilih daftar restoran yang tepat sesuai selera masyarakat setempat.
Setelah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, Eatigo sudah punya rencana melebarkan sayap ke kota-kota besar lain di Indonesia kelak.
Baca juga: Aplikasi "Madhang" milik Kaesang digemari ibu-ibu
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019