Jakarta (ANTARA News) - Menteri Agama M Maftuh Basyuni mengaku hingga kini banyak orang meragukan bahwa penetapan 1 Syawal 1428 Hijriah atau Lebaran 2007 akan disepakati pada waktu bersamaan oleh seluruh Organisasi Massa Islam (OMI), terutama Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Banyak orang ragu bahwa OMI akan sepakat penetapan 1 Syawal 1428 H pada waktu bersamaan, seperti ketika penetapan awal Ramadhan 1428 H, kata menteri usai penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Menag dan Dirut RRI, Parni Hadi di Jakarta, Jumat. Ketika mendekati Ramadhan, banyak umat Islam mempertanyakan kapan awal puasa dapat dimulai. Namun ketika hendak Ramadhan berakhir, pertanyaan yang muncul tentang 1 Syawal semakin banyak. "Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal pada 12 Oktober," kata Maftuh. Menilik perkembangan yang ada, Maftuh mengatakan, banyak orang meragukan umat Islam dapat melakukan Lebaran serentak. Kendati begitu, ia mengatakan, akan terus berupaya menghapus perbedaan di kalangan ahli hisab dan rukyat dari berbagai OMI. Sementara itu pakar dari Lapan dan pakar lain dilibatkan dengan harapan diperoleh persepsi yang sama tentang penetapan 1 Syawal 1428 H nanti. Harus diakui bahwa penetapan awal Ramadhan dan 1 Syawal 1428 H, masing-masing OMI punya metode. Ada metode rukyat, hisab atau gabungan rukyat dan hisab. Karena itu, menurut menteri, dimungkinkan terjadinya perbedaan. Sungguhpun demikian Maftuh mengaku gembira. Pasalnya, ketika pimpinan NU dan Muhammadiyah -- dua OMI terbesar di tanah air -- bertemu di kantor Wapres Yusuf Kalla pekan lalu, para pakar rukyat dan hisab mau bertemu dan membicarakan soal penetapan 1 Syawal 1948 H. "Selama ini para pakar itu bertemu saat sidang Isbath, pada saat penetapan awal Ramadhan saja di Depag," kata Maftuh. Menag berharap pertemuan ahli hisab dan rukyat yang diikuti masing-masing OMI akan diperoleh suatu kesepakatan. Kalau tahun ini masih ada perbedaan dalam penentuan 1 Syawal, paling tidak para pakar itu untuk tahun mendatang ada kesepakatan tentang metodenya. Dengan begitu, tahun mendatang tak lagi ada perbedaan. Maftuh Basyuni mengimbau, setiap OMI punya kewajiban kepada massa pengikutnya bahwa jika terjadi perbedaan dalam penetapan 1 Syawal hendaknya memberi pencerahan agar tak terjadi perpecahaan di kalangan umat Muslim.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007