"Ini masalah nyawa orang, jadi harus ditangani seakurat mungkin, untuk meminimalisir korban baik jiwa serta kerugian harta benda, " kata Jonan saat membuka Geoseminar mitigasi bencana di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan, peristiwa tsunami di Selat Sunda menjadi pelajaran penting bagi para lembaga atau institusi terkait yang menenangani kebencanaan untuk bisa berkoordinasi dengan baik.
Menurutnya, bencana geologi memang tidak ada yang bisa dihentikan, namun setidaknya prediksi dari gerakan tanah dan gejala alam lainnya misalkan gunung dan laut bisa dibaca datanya untuk dipahami pola prediksi.
Dengan adanya keterbukaan antar lembaga maka tingkat keakuratan kebencanaan alam dalam memprediksi akan semakin besar, sehingga antisipasi bisa dilakukan lebih dini.
"Saran dari Presiden, kalau perlu ada pendidikannya, tentang mitigasi dan dimasukkan kurikulum, agar sosialisasi kebencanaan lebih tersebar dengan baik, " kata Jonan.
Menteri ESDM menyarankan jika lembaga memiliki masukan terhadap penanganan bencana atau data-data yang bisa didiskusikan, ada baiknya dipersilakan mengundang instansi terkait misalnya LIPI, BMKG, PVMBG atau lainnya.
Dengan keterbukaan tersebut diharapkan kejadian bencana seperti Tsunami Selat Sunda dapat terkoordinir serta terkomunikasikan dengan baik secara terpusat dari pemerintah pusat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
Baca juga: Mitigasi bencana masyarakat di Banda Aceh diperkuat
Baca juga: BNPB minta pembangunan kawasan wisata perhatikan peta rawan bencana
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019