Depok (ANTARA News) - Mantan Menteri Negara Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara mengatakan, gerakan mahasiswa akan selalu tumbuh jika sistem politik yang ada tidak berjalan dengan semestinya. "Gerakan mahasiswa tersebut akan semakin menguat jika sistem otoriter terus berkembang," katanya pada Bedah Buku dan Diskusi Politik bertajuk "Mencermati Dinamika Gerakan Mahasiswa Dalam Perubahan Politik di Indonesia Tahun 1966 dan 1998", di Pusat Studi Jepang, Kampus UI, Depok, Jumat petang. Pembicara lain dalam diskusi itu adalah tokoh Malari (Malapeteka 15 Januari) Hariman Siregar, mantan aktivis mahasiswa yang menjadi anggota DPR RI, Nusron Wahid, analis politik FISIP UI, Boni Hargens, dan Ketua BEM UI, MT Andika. Ia mengatakan, gerakan mahasiswa mempunyai ciri khas sebagai pioner, terbuka dan mempunyai rasa kebersamaan, dan selalu tampil membela kepentingan masyarakat. Dalam buku yang ditulisnya, Cosmas Batubara yang juga aktivis gerakan mahasiswa 1966 itu menceritakan pengalamannya dan perjalanan politik sejak muda hingga duduk dalam lembaga legislatif dan eksekutif. "Ini bisa menjadi warisan bagi generasi muda dalam melakukan perjuangan bagi rakyat," katanya. Dengan duduk sebagai kalangan eksekutif, kata dia, tidak mudah yang dibayangkan dalam mewujudkan apa yang menjadi ide dasar perjuangan sebelumnya. "Tetapi kita harus tetap konsisten pada ide dasar perjuangan," kata Cosmas yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Yayasan Pendidikan dan Pembinaan Manajemen. Sementara itu, analis politik UI, Boni Hargens mengatakan gerakan mahasiswa pada tahun 1966, 1974, dan 1998 masih mempunyai paradigma yang sama yaitu perubahan karena macetnya sistem politik dan kekuasaan yang otoriter. Namun setelah tahun 1998, kata dia, gerakan mahasiswa sudah kehilangan arah sehingga menjadi terpecah-pecah. Para mahasiswa kehilangan kesadaran sebagai satu kekuatan tunggal yang harus terus bersinergi.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007