Jakarta (ANTARA News) - Sebanyak 10 nama ikan spesies baru asal Raja Ampat, Papua, dilelang oleh Balai Lelang Christie di Monaco, dan berhasil mengumpulkan dana hingga dua juta dolar Amerika Serikat (AS). "Hasilnya besar, karena yang melelang adalah Pangeran Albert II dari Monaco. Sekitar 400 ribu dolar AS menjadi hak Monaco Society, satu juta dolar dikelola oleh Conservation International (CI) dan 500 ribu dolar diserahkan kepada LIPI," kata Kepala Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), DR Suharsono, di Jakarta, Jumat. Lelang dengan nama "The Blue Action" yang diadakan di Oceanographic Museum of Monaco pada 20 September 2007 itu melelang nama-nama ikan temuan baru dua ilmuwan CI, Mark Erdmann dan Gerry Allen. Salah satu nama spesies baru itu adalah hiu merayap (walking shark) dari genus Hemiscyllium bahkan terjual dengan harga 500 ribu dollar. Si pembeli nama kemudian akan menyerahkan nama pilihannya untuk didaftarkan ke International Commission on Zoological Nomenclature (ICZN), suatu badan dunia di bidang penamaan spesies yang telah berusia 112 tahun. Menurut dia, lelang nama-nama spesies baru tersebut merupakan yang pertama di dunia. Sebelumnya, memang pernah ada perdagangan nama 120 spesies baru oleh para ilmuwan Jerman dan lembaga Biopat dan menghasilkan 514 dolar AS, namun bukan berupa lelang. Direktur Program Maritim CI Indonesia, Ketut Sarjana Putra, mengatakan bahwa jika tak punya dana untuk membina keanekaragaman hayati kelautan, maka Indonesia seharusnya kreatif menggali dana dari berbagai kegiatan positif. "Nama spesies adalah hak penemu, namun berhubung penemunya telah merelakan spesies temuannya dilelang untuk menggunakan nama orang lain, mengapa tidak. Semoga ini menjadi pemicu bagi penemu spesies dalam negeri melakukan hal sama," katanya. Seluruh spesies ikan tersebut nantinya akan disimpan juga di Museum Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong. Suharsono mengatakan, 500.000 dolar AS yang diserahkan ke LIPI akan digunakan untuk pengembangan kapasitas taksonom kelautan muda yang sangat minim di Indonesia, berhubung keanekaragaman laut di Indonesia sangat besar. Sementara itu, dana yang dikelola oleh CI, ujar Ketut, juga akan dimanfaatkan bagi program pendidikan kelautan di masyarakat Kabupaten Raja Ampat yang dana operasionalnya cukup tinggi. "Yang 400.000 dolar milik Monaco Society merupakan dana untuk kegiatan non-spesies seperti ekspedisi menggalakkan kegiatan kelautan serta membeli lagi kapal patroli. Pangeran Albert berencana akan ke Raja Ampat dan Bali tahun ini juga," katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007