Negara ini membutuhkan anak-anak yang pintar, cerdas dan sehat sehingga kalau sudah pintar, cerdas, prestasinya pasti baik."

Garut (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo berharap pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) akan mengurangi ketimpangan antara mereka yang berpenghasilan tinggi dengan rendah.

"Negara kita sekarang ini sedang berperang dengan kesenjangan, dengan ketimpangan. PKH ini kita harapkan nanti akan mengurangi itu," kata Presiden Jokowi saat penyaluran bantuan sosial PKH di Gedung Serbaguna Mandala Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu.

Kepala Negara mengharapkan keluarga-keluarga prasejahtera semakin hari akan semakin tidak ada atau semakin berkurang.

"Kalau langsung hilang atau tidak ada, sulit, dengan PKH diharapkan keluarga bisa mandiri dan anak-anaknya juga dapat sekolah semua. Itu harapan kita," katanya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu berpesan kepada penerima bantuan sosial itu agar memanfaatkan dana itu untuk mendanai kepentingan sekolah anak-anak, kepentingan membuat anak yang cerdas, pintar, dan sehat, serta untuk meningkatkan ekonomi keluarga.

"Bisa untuk tambahan modal, misalnya ibu-ibu ada yang jualan gorengan bisa dipakai untuk tambahan modal di situ. Jangan hanya jualan gorengan saja, tambah jualan bakso. Kalau sudah jualan bakso tambah lagi jualan nasi uduk sehingga pendapatan keluarga menjadi naik," katanya.

Presiden menyebutkan tiap keluarga penerima bantuan PKH mendapatkan bantuan yang berbeda beda karena berdasar indeks yang telah ditetapkan.

"Ini ada yang dapat Rp3,6 juta, ada Rp1,7 juta, ibu hamil dapat Rp2,4 juta, nalita dapat Rp2,4 juta, kemudian yang sekolah SD Rp900.000, SMP Rp1,5 juta, dan seterusnya," kata Presiden.

Dalam kunjungan ke Garut, Presiden Jokowi meninjau pengambilan dana PKH tersebut oleh warga melalui ATM.

"Tadi saya tanya kepada yang antre di ATM mobil di situ, Ibu mau ambil berapa? Mau ambil Rp1 juta, Pak. Lo kok gede banget. Mau diambil semua? Iya. Untuk apa? Untuk sekolah anak, untuk beli seragam, beli buku, dan bayar sekolah," cerita Presiden.

Ia meminta warga penerima bantuan PKH dapat mengatur pengambilan dananya dari bank dan menghindari penggunaan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat.

Presiden mengingatkan kepentingan anak bersekolah untuk mendapatkan pendidikan menjadi sasaran dana bantuan PKH tersebut.

"Itu harus dinomorsatukan karena dengan itulah nanti anak-anak kita bisa melebihi kita, pintar-pintar, cerdas-cerdas, sehat-sehat, melebihi kita," katanya.

Ia juga menceritakan bahwa saat anak anak, dirinya juga hidup di pinggir kali. Orang tuanya saat itu juga tidak mampu, hidup susah. Tapi tetap menomorsatukan sekolah anak entah dengan cara apa.

"Dulu belum ada PKH, sekarang beruntunglah ibu-ibu semua ada yang namanya PKH. Jadi gunakan uang itu betul-betul tepat sasaran, bermanfaat," tegas Jokowi.

Terkait sasaran meningkatkan kecerdasan dan kesehatan anak, Presiden meminta gizi anak harus diperhatikan.

"Telur jangan lupa. Murah kan telur. Telur sekilo berapa sekarang? Rp25.000 atau Rp24.000 per kilo kan. Sekilo ada berapa telur? 16 butir, cukup banyak. Gizi anak harus dinomorsatukan," katanya.

Menurut dia, anak anak juga harus diberi makan sayur, buah, dan makanan bergizi lainnya.

"Negara ini membutuhkan anak-anak yang pintar, cerdas dan sehat sehingga kalau sudah pintar, cerdas, prestasinya pasti baik," katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019