Doa bersama ini kita niatkan untuk para syuhada korban karamnya KMP Gurita 23 tahun silam

Sabang, Aceh, (ANTARA News) - Para awak KMP BRR bersama ratusan penumpang kapal tersebut dalam pelayaran dari Sabang menuju Banda Aceh mendoakan korban karamnya KMP Gurita pada 23 tahun silam.

Kapten KMP BRR, Muhammad Noer mengimbau para penumpang agar naik ke anjungan kapal dalam rangka mendoakan para korban tenggelamnya KMP Gurita pada 19 Januari 1996.

"Kami mengimbau kepada semua pengguna jasa pelayaran KMP BRR untuk tidak panik, dan mengajak semua penumpang masuk ke anjungan untuk mendoakan para syuhada korban karamnya KMP Gurita 23 tahun lalu," kata Muhammad melalui pengeras suara dalam pelayaran dari Sabang-Banda Aceh, Sabtu.

Doa bersama dipimpin oleh Tgk Ibrahim selaku Imam Ulee Jurong Krueng, Balohan, Sabang. "Doa bersama ini kita niatkan untuk para syuhada korban karamnya KMP Gurita 23 tahun silam," ujar Muhammad.

Sembari doa bersama, Mualim atau ABK KMP BRR terlihat memutar-mutar haluan kapal sebanyak dua kali di lokasi karamnya KMP Gurita, Ujoeng Seuke, Balohan, Sabang, Provinsi Aceh.

Para awak kapal beserta penumpang sembari menundukkan kepalanya dengan khusyuk mendoakan para korban tragedi karamnya KMP Gurita, bahkan ada penumpang yang terlihat matanya berkaca-kaca.

"Musibah ini menjadi pelajaran penting untuk kita semua dan kepada semua pihak terkait dalam pelayaran agar selalu memperhatikan keselamatan dalam dunia pelayaran," kata Muhammad.

KMP Gurita tenggelam pada 19 Januari 1996 di Ujong Seuke, Balohan, Sabang dalam pelayaran dari Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar tujuan Pelabuhan Balohan, Sabang.

Tragedi tenggelamnya KMP Gurita tersebut menelan banyak korban jiwa, di antaranya 54 orang ditemukan meninggal, 284 orang dinyatakan hilang dan hanya 40 orang yang dapat diselamatkan dari musibah itu.

Baca juga: Kapal pesiar Seabourn sandar di Sabang

Baca juga: Kapal pengangkut gas elpiji ke Sabang tenggelam

Baca juga: Perusahaan Perkapalan Belanda Jajaki Investasi di Sabang

Pewarta: Irman Yusuf
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019