Penanggung jawab TWNC Teguh Wardoyo dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat, mengatakan korban ditemukan meninggal dengan bekas luka di tengkuk kepala dan bagian tubuh lainnya di Kawasan Konservasi TWNC, pesisir barat Lampung.
“Korban sudah diingatkan jangan berjalan sendiri namun tidak peduli,” kata Teguh.
Menurut Teguh, TWNC sebenarnya sudah membuat peraturan yang antara lain melarang karyawan melintas pada jam-jam harimau atau satwa liar lainnya aktif hilir mudik di koridor satwa, yang dulu selalu ditentang dan diprotes oleh masyarakat.
Hasil penyelidikan di area korban diserang, menurut Teguh, banyak ditemukan jejak harimau seperti cakaran di pohon dan tanah. Hal ini menandakan kawasan ini adalah teritori harimau.
Teguh mengatakan pihak TWNC turut berduka cita atas meninggalnya EP yang juga merupakan warga Dusun Pengekahan. Karyawan kawasan konservasi ini diperkirakan diserang harimau pada Senin (14/1).
Ahli waris keluarga, menurut dia, sudah menyatakan ikhlas menerima bahwa ini adalah murni musibah yang terjadi karena korban tidak patuh terhadap standar operasional prosedur (SOP) yang sudah dikeluarkan.
TWNC, kata Teguh, membuat aturan bukan untuk mempersulit masyarakat maupun karyawan, tetapi semata-mata untuk kebaikan dan keselamatan pengguna jalur lintas dari Pekon Tampang Tua ke Pengekahan.
“Kami meminta kepada warga untuk selalu waspada terjadinya konflik susulan. Terutama warga yang tinggal atau memiliki kebun dekat kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tersebut,” ujar dia.
Ia menegaskan agar karyawan atau masyarakat tidak keluar di jam-jam aktif harimau atau satwa liar lainnya melintas, juga tidak diperbolehkan berjalan sendiri serta selalu membunyikan suara-suara gaduh.
Ini, menurut dia, merupakan kejadian pertama harimau Sumatera menyerang manusia di TWNC. Dan hal ini sudah diperkirakan sejak dibakarnya pos-pos keamanan di lima lokasi di kawasan TNBBS pada 2014 oleh oknum-oknum dan juga pencurian camera trap beberapa tahun terakhir sehingga mengganggu sistem keamanan dan monitoring satwa-satwa liar.
Sementara itu, menurut staf ahli konservasi TWNC Risgianto, jika dilihat dari ukuran dan komposisi jejak kaki, dugaan sementara yang menyerang EP adalah harimau sumatera jantan dewasa.
Untuk memastikan dugaan tersebut ia mengatakan tim TWNC telah memasang camera trap di tiga titik strategis, salah satunya di titik ditemukannya korban.
“Jika dilihat dari kondisinya, lokasi ditemukan korban adalah sarang atau tempat beristirahat harimau karena tempatnya bersih dan ada tanda cakaran di pohon (lama dan baru) dan tanda berupa jejak,” kata Risgianto.
Baca juga: Mengantar harimau sumatera ke rumah baru
Baca juga: Puisi untuk sang raja hutan
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019