Jakarta (ANTARA News) - Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengungkapkan, kampanye negatif yang dilancarkan kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM) Eropa, khususnya Inggris, belum mempengaruhi ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia ke pasar dunia. Ketua Harian DMSI, Rosediana Suharto, di Jakarta, Jumat mengatakan menurut data di Belanda hingga saat ini ekspor CPO Indonesia mencapai 2,3 juta - 2,5 juta ton per tahun, sementara Malaysia lebih tinggi dari angka tersebut. "Kampanye negatif yang dilancarkan LSM belum mempengaruhi regulator (pemerintah), sehingga tidak akan terjadi ketentuan yang memberatkan kalau belum direspon," katanya. Sejak beberapa waktu lalu, beberapa LSM Eropa Barat, khususnya Inggris, menuduh industri perkelapasawitan Indonesia dan Malaysia merusak lingkungan, sehingga menyebabkan deforestrasi, berkurangnya satwa langka dan penyumbang terbesar kepada pemanasan global. Tahun lalu ekspor CPO di pasaran dunia memang mengalami penurunan 500 ribu ton namun hal itu bukan hanya berasal dari Indonesia tapi juga negara-negara lain, katanya. Selain itu, tambahnya, penurunan ekspor tersebut bukan karena pengaruh kampanye negatif yang dilancarkan LSM Eropa terhadap industri sawit. Dikatakannya beberapa waktu lalu memang ada industri minyak sawit yang ditutup setelah mendapat protes keras agar menggunakan Sustainable Palm Oil, namun hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap ekspor Indonesia. Menurut data DMSI, ekspor CPO Indonesia mencapai 68 persen dari total produksi dengan tujuan lebih dari 150 negara, seperti China, India, Malaysia, Singapura dan Belanda sebagai importir utama. Sementara itu, produksi minyak sawit Indonesia pada 2005 sebanyak 13 juta ton dan pada 2006 naik menjadi 16 juta ton, sementara 2007 diperkirakan meningkat menjadi 17,4 juta ton. Sedangkan total ekspor CPO Indonesia selama 2005 sebanyak 10,44 juta ton, naik menjadi 12,15 juta ton pada 2006 dan 2007 diperkirakan 13,05 juta ton. Terkait dengan kampanye negatif tersebut, Menteri Pertanian Anton Apriyantono akhir pekan ini akan menuju London Inggris untuk bertemu dengan kalangan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) setempat maupun negara Eropa lainnya, menyusul kampanye negatif yang mereka lancarkan terhadap perkebunan sawit Indonesia. "Pekan depan saya akan bertemu media Inggris maupun internasional untuk menyampaikan beberapa pandangan mengenai industri perkelapasawitan nasional, sekaligus memaparkan berbagai fakta untuk menghindari kesalahpahaman," katanya. Menurut Mentan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengembangkan industri perkelapasawitan yang berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat dan tanpa merusak lingkungan. Pemerintah, tambahnya, berkomitmen mengembangkan industri yang berkelanjutan melalui program seperti Rountable Sustainable Palm Oil (RSPO), menurunkan kadar emisi gas CO2 dan mengimplementasikan "good agriculture practice" serta menjaga hutan hujan tropis dan satwa langka. (*)
Copyright © ANTARA 2007