Tergantung seberapa 'dovish' dan 'hawkish' The Fed
Jakarta (ANTARA News) - Seorang pemimpin pada perusahaan pialang perdagangan komoditi mengatakan di tengah ketidakpastian ekonomi global, investasi berjangka yang layak untuk dipertimbangkan adalah emas dan mata uang Inggris, poundsterling.
"Kalau mau gampang, paling sederhana beli emas, simpan, tunggu satu tahun, keuntungannya bisa double digit, bahkan triple digit," kata CEO PT Rifan Financindo Berjangka, Teddy Prasetya, di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan di tengah sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang cendrung dovish dan bersabar untuk tidak menaikkan suku bunga acuan, membuat nilai tukar (kurs) dolar melemah yang memicu harga emas berjangka cenderung bergerak naik.
Apalagi emas juga termasuk investasi yang safe haven atau aman.
Walaupun, diakuinya, membeli emas sekarang agak terlambat, karena sudah mendekati angka 1.300 dolar per ons.
"Harusnya beli dua bulan yang lalu, saat The Fed (Federal Reserve) mulai mengurangi kenaikan suku bunga, di situ harusnya melakukan pembelian karena harga emas masih 1.200 dolar per ons, harga sekarang sudah 1.300 dolar per ons," ujar Teddy.
Namun ia melihat harga emas berjangka memiliki peluang naik tahun ini hingga 1.350 dolar per ounce. "Tergantung seberapa dovish dan hawkish The Fed. Kalau masih dovish, emas bisa berada pada angka 1.300 atau 1.350 dolar per ons," katanya.
Sedangkan terkait investasi perdagangan berjangka untuk poundsterling, Teddy melihat perkembangan Brexit sangat menpengaruhi mata uang Inggris itu.
Akibat penolakan parlemen Inggris terhadap kesepakatan Brexit yang diajukan Perdana Menteri Theresa May, kurs poundsterling jatuh terhadap dolar AS.
"Bagusnya di bursa berjangka komoditi bisa jual dulu atau beli dulu, sambil lihat perkembangan," kata Teddy.
Baca juga: Perdagangan Berjangka Komoditas diprediksi tumbuh di tahun politik
Baca juga: Ketidakpastian Brexit dorong harga emas berjangka lebih tinggi
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2019