Wellington, 17/1 (Antara/Reuters) - Sekeluarga wisatawan asal Inggris diminta meninggalkan Selandia Baru setelah mereka dilaporkan mengutil, membuang sampah sembarangan dan mengancam warga serta menyebabkan kekacauan, Imigrasi menyatakan, Kamis (17/1).
Keluarga yang melakukan perjalanan dengan paspor Inggris itu terlibat dalam banyak peristiwa di Auckland, kota terbesar di Selandia Baru, dan di Hamilton, pekan ini, hingga membuat masyarakat Selandia Baru terguncang.
Peter Devoy, asisten manajer Imigrasi Selandia Baru (INZ), mengatakan kepada Reuters bahwa lima orang dari kelompok wisatawan itu sudah mendapat surat pemberitahuan deportasi, yaitu surat pertama dalam proses pengusiran.
Masing-masing mereka dapat mengajukan banding terhadap perintah deportasi tersebut dan hanya akan dapat dideportasi jika mereka setuju untuk tidak menggunakan hak banding atau bila hak bandingnya kedaluwarsa, Devoy menyatakan dalam surel.
Kelompok tersebut, yang termasuk perempuan dan anak-anak, menjadi berita utama di surat kabar Selandia Baru setelah membuang sampah sembarangan di pantai North Shore di Auckland dan mengancam penduduk.
Gambar video yang ditayangkan di Facebook memperlihatkan seorang anak, ketika diminta seorang perempuan untuk memungut sampahnya, menjawab dengan mengatakan bahwa dia akan "menghancurkan kepalamu".
Polisi dipanggil pada hari itu juga pegawai Burger King di kota Hamilton, yang berjarak 130 km selatan Auckland, dengan laporan bahwa sekelompok wisatawan asing menimbulkan keributan.
Mereka juga dipergoki berada di sejumlah kafe dan rumah makan di pusat bisnis Auckland. Para pemilik tempat makan mengeluh karena mereka melenggang keluar tanpa membayar makanan, atau melecehkan para pegawai.
Seorang perempuan dalam kelompok itu pada Rabu dihukum karena mengambil sekaleng Red Bull, kacamata dan tali bernilai 37,41 dolar AS (sekitar 530 ribu rupiah) dari satu tempat pengisian bensin.
Petugas imigrasi mendatangi mereka pada Rabu, setelah diliput liputan media besar-besaran, dan petugas menyerahkan surat pemberitahuan deportasi.
Devoy mengatakan bahwa surat pemberitahuan deportasi dapat diterbitkan dengan beberapa alasan termasuk urusan tabiat.
"INZ mengetahui bahwa para wisatawan tersebut berniat meninggalkan Selandia Baru pekan depan," katanya.
Salah seorang dari wisatawan itu mengatakan kepada wartawan awal pekan ini bahwa mereka akan memangkas masa liburan dan pulang ke negaranya karena merasa "tidak diterima" di Selandia Baru.
Pewarta: Antara
Editor: Azizah Fitriyanti
Copyright © ANTARA 2019