Tidak ada yang terjadi dalam 24 jam terakhir untuk menghalangi kita dari pandangan bahwa kita menuju ke arah penundaan...
Sydney (ANTARA News) - Pasar saham Asia merayap naik pada awal perdagangan Kamis pagi, karena laporan laba positif beberapa bank mendukung Wall Street, sementara akhir anti-klimaks untuk bab terbaru dalam kisah Brexit memberikan sterling sebuah momentum damai.
Indeks MSCI, indikator lebih luas untuk pasar saham Asia Pasifik di luar Jepang, naik 0,1 persen, dengan Australia dan dan KOSPI Korea Selatan masing-masing naik 0,2 persen. Nikkei 225 Jepang naik 0,3 persen.
Namun, kontrak berjangka E-Mini untuk S&P 500 turun 0,1 persen selama awal jam perdagangan Asia.
Di Wall Street, laba kuat dari Bank of America dan Goldman Sachs meredakan kekhawatiran tentang prospek laba. Saham Bank of America melonjak 7,2 persen dan Goldman melonjak 9,5 persen.
Dow mengakhiri perdagangan Rabu (16/1) dengan kenaikan 0,59 persen, sementara S&P 500 bertambah 0,22 persen dan Nasdaq naik 0,15 persen.
Para investor di Asia mungkin kurang terdorong oleh laporan Wall Street Journal bahwa jaksa federal AS sedang menyelidiki Huawei Technologies, pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia, karena diduga mencuri rahasia dagang dari bisnis AS dan dapat segera mengeluarkan dakwaan.
Langkah seperti itu bisa mengobarkan ketegangan antara Beijing dan Washington dan membuat kesepakatan perdagangan lebih sulit.
Bank sentral China pada Rabu (16/1) bergerak untuk mencegah krisis keuangan dalam perekonomiannya dengan menyuntikkan rekor jumlah 83 miliar dolar AS ke dalam sistem keuangan negara itu.
Juga membayang di latar belakang adalah kekhawatiran penutupan pemerintah AS mulai menelan korban pada ekonominya.
Penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett mengatakan penutupan akan memotong 0,13 persen dari pertumbuhan ekonomi triwulanan untuk setiap minggu.
Sementara itu, seperti diperkirakan, Perdana Menteri Inggris Theresa May memenangkan pemungutan suara kepercayaan semalam dan mengundang para pemimpin partai lainnya untuk melakukan pembicaraan guna mencoba memecahkan kebuntuan tentang kesepakatan Brexit.
Garis besar untuk "Rencana B" akan jatuh tempo pada Senin (21/1) dan pasar mengasumsikan akan ada perpanjangan tanggal keluar Pasal 50 melewati 29 Maret.
"Tidak ada yang terjadi dalam 24 jam terakhir untuk menghalangi kita dari pandangan bahwa kita menuju ke arah penundaan Pasal 50, Brexit lebih lembut atau tidak ada Brexit," kata Kepala Strategi FX di NAB, Ray Attrill, seperti dikutip Reuters.
"Tetapi masih terlalu dini untuk membeli sterling," tambahnya, mencatat masih banyak ketidakpastian.
Semuanya mempertahankan pound kuat di 1,2877 dolar, meskipun masih di bawah puncak Senin (14/1) di 1,2929 dolar. Pound bernasib baik pada euro, yang mencapai level terendah tujuh minggu sebelum stabil di 88,45 pence.
Berkurangnya risiko Brexit menekan mata uang safe-haven yen dan membantu dolar AS naik ke 109 yen. Euro melemah kembali ke 1,1396 dolar, sementara indeks dolar datar di 96,059.
Di pasar komoditas, paladium mencapai rekor tertinggi berkat meningkatnya permintaan dan pasokan lebih rendah untuk logam yang banyak digunakan untuk katalis otomotif itu. Sementara harga spot emas stabil di 1.293,96 dolar AS per ounce. Demikian laporan yang dikutip Xinhua.
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019