Yogyakarta (ANTARA News) - Acara reguler televisi termasuk tayangan hiburan di bulan ramadan, tampaknya hanya menyajikan acara "onyol" yang membuat masyarakat penonton semakin bodoh.
"Dengan tayangan seperti itu, masyarakat penonton menjadi terbiasa mengapresiasi cerita, adegan, gerakan dan dialog vulgar yang murahan," kata Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc kepada wartawan di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, dengan tayangan itu pula tampak nyata para kapitalis media memanfaatkan kelemahan bangsa ini yang sebagian besar masih mudah dibodohi dan diajak tertawa dengan acara "banyolan" (semacam hiburan lawak), kuis serta sinetron yang jauh dari upaya memberi pencerahan.
Kata Edy, sebagian besar pemirsa televisi masih mudah diajak kompromi dan larut dalam tayangan vulgar. Bahkan terkadang irasional yang dieksploitasi produser yang mengkomoditaskan apapun yang dapat memberi keuntungan, termasuk dalam momentum bulan ramadan, tanpa melihat makna sebagai bulan suci umat Islam.
"Bagi produser, acara yang dikedepankan tersebut lebih pada tayangan yang dapat menarik banyak penonton, yang akhirnya bertujuan untuk menarik banyak iklan," katanya.
Karena itu, katanya, perlu gerakan penyadaran di kalangan masyarakat dan di pihak pemegang otoritas yang terkait dengan dunia penyiaran serta pihak lain yang peduli pada acara televisi, untuk melakukan langkah persuasif mengajak para pelaku industri televisi agar lebih selektif dalam menyajikan acara yang menghibur, informatif dan mencerahkan.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007