Jakarta (ANTARA News) - Kalau punya keinginan untuk punya banyak anak, carilah suami yang tipenya seperti Barry White dan hindari pria macam Justin Timberlake, karena menurut penelitian terbaru, pria bersuara berat punya anak lebih banyak daripada yang bersuara nyaring. Penelitian yang dipimpin oleh David Feinberg dari Universitas McMaster di Kanada itu menunjukkan bahwa perempuan lebih tertarik kepada pria yang punya suara lebih berat, sebab pria dengan suara macam itu dianggap lebih tua, sehat, dan maskulin ketimbang lelaki bersuara tinggi. Sementara itu para pria, di lain pihak, akan lebih menyukai perempuan yang punya nada suara tinggi, karena perempuan dengan kriteria ini dianggap lebih menarik, feminim, sehat, dan terkesan berusia muda, demikian hasil penelitian itu seperti dikutip dari laman livescience.com, versi lengkap penelitian Feinberg yang telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah "Biology Letters". Penelitian ini bertujuan mencari tahu kaitan antara pria bersuara dalam dengan tingkat reproduksi dan kelangsungan keturunan mereka. "Kami mendapati bahwa nada suara tidak berpengaruh terhadap tingkat kelahiran hidup keturunan," kata Feinberg, "Tapi penelitian kami mencermati bahwa pria dengan nada suara yang lebih rendah punya tingkat kesuburan yang lebih tinggi dan anaknya lebih banyak." Untuk menelurusi hubungan antara nada pita suara dengan angka kelahiran, para peneliti mencermati suku Hadza di Tanzania - yaitu satu dari sedikit suku berbudaya pemburu-pengumpul makanan yang masih tersisa di muka Bumi. Karena suku Hadza ini tidak mempunyai mekanisme pengendali kelahiran yang modern, peneliti yakin bisa membandingkan tingkat kelahiran di suku ini tanpa pengaruh faktor-faktor luar. Peneliti mendapati bahwa para pria suku Hadza yang punya suara lebih dalam memiliki jumlah anak yang lebih banyak daripada pria bersuara tinggi. Hubungan dua kondisi ini menunjukkan adanya evolusi dalam suara manusia, seiring dengan bagaimana kita memilih pasangan hidup. "Jika para pendahulu kita dulu melalui proses yang sama dengan yang sekarang. Ini bisa jadi salah satu alasan mengapa suara pria dan wanita sekarang demikian berbeda," kata Feinberg.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007