Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menegaskan negara asing jangan beranggapan bahwa kekuatan militer Indonesia lemah, sehingga pesawat asing mudah masuk ke wilayah tanpa ada dokumen resmi.
"Pertama, saya tidak mau mereka masuk wilayah Indonesia tanpa memiliki dokumen lengkap dengan anggapan ah masuk saja Indonesia, paling radarnya tidak bisa mendeteksi kita. Seandainya radar bisa mendeteksi, paling mereka tidak bisa meng-'intercept' kita karena dianggap kita tidak punya pesawat buser," kata Panglima TNI saat jumpa pers Rapim Kementerian Pertahanan RI Tahun 2019, di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu.
Panglima TNI mengatakan hal itu menanggapi tindakan TNI yang memaksa turun pesawat kargo "Ethiopian", pada Senin (14/1).
Menurut dia, tindakannya menurunkan paksa pesawat kargo agar memberikan efek jera kepada semua pesawat yang masuk tanpa ke wilayah Indonesia tanpa dokumen resmi.
"Saya perintahkan 'force down' supaya memberikan efek jera masuk wilayah Indonesia tanpa izin, tidak ada toleransi," tegas Marsekal Hadi Tjahjanto.
Panglima TNI tidak mau para operator pesawat yang tidak memiliki surat dan dokumen resmi beranggapan kekuatan militer udara Indonesia tidak cukup kuat untuk menurun paksakan mereka.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) ini menegaskan, pihaknya akan mengambil tindakan tegas kepada setiap pesawat yang melintas wilayah Indonesia tanpa dokumen lengkap.
"Saya juga tidak ingin mereka beranggapan, seandainya bisa mendeteksi kita dan bisa ngejar, ah paling cuma dikirim surat diplomasi. Saya tidak ingin negara masuk ke wilayah kita dengan bebas tanpa dilengkapi dokumen resmi," kata Hadi.
Panglima TNI mengaku pada awalnya menerima laporan Pangkohanudnas bahwa ada pesawat kargo dari Ethiopia menuju ke Hongkong masuk ke wilayah Indonesia tanpa dilengkapi dengan dokumen resmi.
Menindaklanjuti laporan tersebut, ia memerintahkan untuk segera menurunkan paksa pesawat tersebut.
"Sehingga saya perintahkan kepada Pangkohanudnas untuk melaksanakan 'force down'. Saya minta pada waktu itu kepada KSAU siapkan pesawat F-16 dari Pekanbaru melaksanakan intercept dan mendaratkan paksa di Batam. Dan setelah didaratkan kami serahkan kepada penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)," ujarnya.
Pesawat tipe Boeing 777 dengan tujuan Hongkong itu diturunkan paksa di Bandara Hang Nadim, Batam karena tidak memiliki dokumen penerbangan yang lengkap ketika melintas di wilayah udara Indonesia.
Ia mengaku sudah melihat pesawat yang membawa mesin Rolls Royce itu saat kunjungan kerjanya ke Batam, pada Selasa (15/1).
"Pesawat itu membawa mesin Rolls Royce dalam rangka melaksanakan 'overhaull' di Hongkong, termasuk asesoris dari engine pesawat," ucapnya.
Baca juga: Menhan sebut Indonesia bertahan 1.000 tahun saat perang
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019