Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Muzadi mengingatkan dampak buruk membawa masalah dalam negeri ke dunia internasional, seperti kasus pembunuhan Munir yang justru bisa membuat fokus penyidikan kabur. "Kita jangan membiasakan diri menginternasionalisasikan masalah-masalah dalam negeri, itu akan menjadikan bangsa kita selalu berada di bawah pengaruh asing," kata Hasyim di Jakarta, Kamis menanggapi adanya kecenderungan internasionalisasi sejumlah masalah dalam negeri, diantaranya kasus korupsi Mantan Presiden Soeharto dan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir. Hasyim menilai internasionalisasi atas kasus-kasus yang ada di dalam negeri justru bisa berdampak pada kaburnya fokus permasalahan. Selain itu, campur tangan asing juga akan membuat permasalahan merembet kemana-mana dan hal tersebut justru akan menggerogoti martabat bangsa dengan munculnya intervensi asing dalam bidang politik, ekonomi dan intelijen. "Jika diteruskan (internasionalisasi itu) maka permasalahan bukan semakin terang tetapi justru menjadi kabur," jelasnya. Dalam kaitan itu, Hasyim meminta penegak hukum domestik untuk serius mengungkap permasalahan dalam negeri sehingga tidak memberi celah terjadinya internasionalisasi tersebut. Kasus Munir Sementara itu terkait dengan kasus Munir, Hasyim mendukung penuh agar kasus tersebut diungkap tuntas. Hanya saja Hasyim mengingatkan agar penyidikan dilakukan secara hati-hati dan tidak menyeret pihak-pihak yang tidak bersalah. Hasyim mencontohkan munculnya nama Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) M As`ad yang dikait-kaitkan dengan masalah tersebut tanpa ada bukti. Mantan pasangan Megawati di Pilpres 2004 itu mensinyalir pengaitan nama M As`ad merupakan pembunuhan karakter untuk menyingkirkannya dari tubuh BIN melalui pencitraan tidak profesional. "Kasus Munir memang harus selesai, masalahnya orang seperti Pak As`ad yang dari sipil justru disangkutkan secara tidak logis. Saya tahu betul Pak As`ad, dia bukan tipe orang yang berbuat nista kepada orang lain apalagi pada tokoh HAM sekaliber Munir," tegasnya. Nama M As`ad muncul dari pengakuan Indra Setiawan, mantan Dirut Garuda. Indra mengaku mendapat surat yang ditandatangani M As`ad. Isi surat, seperti pengakuan Indra, meminta pilot Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto ditugaskan sebagai corporate security dalam penerbangan GA 974 yang mengangkut Munir dalam penerbangan Jakarta-Singapura-Amsterdam 7 September 2007. Hanya saja bukti surat asli dan fotokopi tidak ada. Diduga isu ini ditiupkan terkait munculnya suara-suara untuk mengganti Kepala BIN Syamsir Siregar yang kinerjanya dinilai belum memuaskan. Sebelumnya nama Deputi V BIN Muchdi PR mencuat duluan dengan adanya kontak nomor telepon seluler milik Muchdi PR dengan telepon seluler Pollycarpus. Hanya saja meski muncul kontak, penyidik kesulitan karena tidak adanya print out (cetakan tertulis) percakapan antara nomor telepon milik Muchdi dengan Pollycarpus.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007