Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2007 surplus 11,5 miliar dolar. "Hal ini karena didukung oleh transaksi berjalan yang diperkirakan surplus 10,8 miliar dolar AS setara 2,8 persen dari PDB, atau lebih tinggi dari tahun 2006 yang sebesar 9,9 miliar dolar AS," kata Direktur Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan pendorong utama dari surplus tersebut adalah meningkatnya kinerja ekspor non migas yang didukung pertumbuhan ekonomi dunia dan harga-harga komoditas yang meningkat dibandingkan perkiraan sebelumnya. "Nilai ekspor non migas 2007 diperkirakan tumbuh 16,0 persen, lebih rendah 20,7 persen dibandingkan 2006," katanya. Sedangkan impor non migas menurut dia, diproyeksikan tumbuh 17 persen, lebih tinggi dari tahun 2006 yang mencapai 8,0 persen. Ekspor non migas diperkirakan mencapai 93,470 miliar dolar AS sedangkan impornya 67,512 miliar dolar AS atau surplus 25,858 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor migas diperkirakan mencapai 22,593 miliar dolar AS dengan impor migas sebesar 15,835 miliar dolar AS atau surplus 6,758 miliar dolar AS. Ia mengatakan untuk neraca jasa diperkirakan mengalami peningkatan defisit dari 10,1 miliar dolar AS 2006 menjadi 10,9 miliar dolar AS pada 2007, karena meningkatnya pengeluaran jasa angkutan. Untuk jasa angkutan barang dan manusia, dipekirakan defisit 7,038 miliar dolar AS. Sedangkan untuk jasa perjalanan (travel), menurut dia, Indonesia mengalami surplus sebesar 672 juta dolar AS. Sementara jasa lainnya juga mengalami defisit sebesar 4,498 miliar dolar AS. Pada sisi neraca pendapatan menurut dia, diperkirakan mengalami defisit 10,9 miliar dolar AS pada tahun 2007, atau meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 10,1 miliar dolar AS. "Sedangkan transfer berjalan diperkirakan tetap surplus stabil pada kisaran 4,9 miliar dolar AS pada 2007 ini," katanya. Ia mengatakan perbaikan iklim investasi juga turut menjadi penopang kenaikan NPI. Sebab membaiknya iklim investasi diperkirakan akan membuat kenaikan surplus transaksi modal liabilities sebesar 9,4 miliar dolar AS pada 2006 menjadi 11,5 miliar dolar AS pada 2007. Perbaikan iklim tersebut juga telah mendorong masuknya penanaman modal asing (PMA) sebesar 17,6 miliar dolar AS atau lebih tinggi dari tahun 2006 sebesar 14,8 miliar dolar AS. "Namun ini di luar pembayaran utang luar negeri perusahaan-perusahaan PMA dan `cost recovery` perusahaan-perusahaan migas," katanya. Ia menambahkan untuk arus modal portofolio (uang panas/hot money) dari liabilities diperkirakan mencapi 7,5 miliar dolar AS, atau turun dari perkiraan sebelumnya yang mencapai sekitar 8 miliar dolar AS. "Hal ini karena kasus kredit perumahan di AS (Sub Prime Mortgage) membuat beberapa investor asing menarik dananya dari Indonesia untuk membiayai krisis tersebut," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007