Brisbane (ANTARA News) - Ilmuwan pemerhati Indonesia asal Negeri Kanguru, Jamie Mackie, mengusulkan kepada pemerintah Republik Indonesia dan Australia untuk membentuk "bridging council" (dewan penghubung) sebagai wadah konsultatif menjaga keharmonisan hubungan bilateral berjangka panjang. Usul dewan penghubung itu menjadi salah satu rekomendasi Mackie dalam laporan bertajuk "Australia and Indonesia: Current Problems, Future Prospects" (Australia dan Indonesia: Masalah-Masalah Terkini, Prospek Mendatang). Dalam laporan yang diterbitkan lembaga kajian kebijakan internasional Lowy (Lowy Institute for International Policy)itu Mackie mengatakan, dalam konteks Australia, dewan penghubung memiliki tujuan yang relatif sama dengan forum Dialog Kepemimpinan Australia-Amerika kendati strukturnya bisa saja berbeda. Mackie, yang kini bekerja sebagai profesor emeritus (pensiunan guru besar) di Universitas Nasional Australia (ANU), mengatakan bahwa bagi Australia kerjasama yang baik dengan Indonesia, antara lain didasarkan pada politik internasional di kawasan serta masalah-masalah yang muncul, seperti perikanan, karantina, perlindungan perbatasan, dan perbatasan maritim. Menurut ilmuwan yang lebih dari lima dasawarsa melakukan studi hubungan bilateral RI-Australia itu, seandainya Indonesia mengambil sikap yang antagonistis terhadap Australia, sikap tersebut justru sangat menyulitkan Australia. Oleh karena itu, staf pengajar Universitas Melbourne itu menilai, konflik militer dengan Indonesia atau bersikap sangat antagonistis terhadap Indonesia sedapat mungkin harus dihindari. "Secara khusus, kita patut menjaga jangan sampai terjadi lagi ketegangan seperti kasus Timor Timur dan Papua yang sangat berpengaruh buruk pada hubungan kita karena keduanya meningkatkan kecurigaan di seluruh Indonesia atas motivasi-motivasi di balik kebijakan, aksi, dan sikap (Australia) di sana," katanya. Mackie, yang pernah bekerja di Indonesia pada era 1950-an, menyatakan bahwa hubungan yang baik dengan Indonesia menjadi bagian dari kepentingan nasional Australia. Semua itu memberikan pengaruh yang besar terhadap sikap rakyat Australia terhadap Indonesia, kata Jamie Mackie. Dalam pandangannya, membantu Indonesia untuk dapat menjadi negara yang stabil dan sejahtera menjadi bagian dari "kepentingan nasional mendasar" Australia, karena Indonesia yang miskin, stagnan, dan tidak stabil justru akan menimbulkan kesulitan besar bagi Australia. Australia, kata Mackie, ingin melihat dan membantu mewujudkan sistem pemerintahan representatif yang berfungsi baik dengan struktur pengadilan yang kuat, penegakan hukum, bersih dari korupsi dan melindungi hak-hak properti dan sipil, serta kebebasan berpolitik. Menjaga tetap utuhnya kesatuan wilayah Negara Kesatuan RI dan membantu Indonesia tetap terjaga sebagai negara dan bangsa yang toleran, moderat dan menjaga keberagaman agama menurut lima prinsip dalam ideologi negara Pancasila juga menjadi bagian dari kepentingan nasional Australia, katanya. Untuk menjaga hubungan kedua negara yang lebih stabil dan sehat dalam jangka panjang, ia memandang penting bagi Australia untuk meningkatkan anggaran Institut Australia-Indonesia (AII) sehingga lembaga itu dapat merespon beragam tantangan hubungan kedua negara secara efektif. Dialog yang lebih sering dan tetap antara para ahli Indonesia dan Australia tentang negara-negara utama di kawasan, khususnya Jepang, China, dan India, juga penting. Selain itu, perlu pula Australia kembali menyediakan dana yang cukup untuk mendukung perluasan pengajaran Bahasa Indonesia serta hubungan pendidikan kedua negara yang lebih kuat, katanya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007