jadwal atraksi sebanyak 4-5 kali dalam sehari maka dalam sebulan lebih membuat lumba-lumba tersakiti
Pekanbaru (ANTARA News) - Puluhan aktivis dan mahasiswa menggelar aksi damai untuk mengajak masyarakat tidak menonton sirkus lumba-lumba, yang kini sedang berlangsung di Kota Pekanbaru, Riau.
Dengan membawa poster dan spanduk bergambar karikatur lumba-lumba yang dirantai, aktivis dari Cinta Satwa Riau dan mahasiswa BEM Universitas Riau menggelar orasi di depan pintu masuk sirkus lumba-lumba di Kompleks Purna MTQ, Pekanbaru, Selasa sore.
Juru bicara Cinta Satwa Riau, Violetta Hasan Noor, terlihat berteriak-teriak ke arah warga yang akan masuk ke dalam area sirkus.
"Hanya orang bodoh menonton sirkus lumba-lumba," teriak Violetta berkali-kali.
Ia mengatakan aksi damai ini adalah yang kedua kali digelar setelah sebelumnya pada Minggu (13/1) para aktivis melakukan hal yang sama untuk menolak sirkus lumba-lumba.
Menurut dia, apa yang mereka lakukan adalah bentuk edukasi kepada masyarakat tentang aktivitas sirkus lumba-lumba yang merupakan eksploitasi terhadap satwa.
"Kita sudah pesimis ke pemerintah, maka kita edukasi kepada warga, ke anak-anak sekolah yang menjadi target sirkus ini," katanya.
Ia menjelaskan banyak yang belum faham bahwa proses pengangkutan mamalia laut itu dengan moda transportasi yang sempit, kurang air dan hanya diolesi pelembap, sebenarnya menyiksa satwa.
Air yang digunakan juga bukan air laut dari habitat mamalia tersebut, dan jadwal atraksi sebanyak 4-5 kali dalam sehari maka dalam sebulan lebih akan membuat lumba-lumba tersakiti.
Eksploitasi ini hanya untuk kepentingan ekonomi semata, dan tanpa ada rasa keadilan buat satwa. Tidak sebanding dengan kebebasan mereka (lumba-lumba) yang seharusnya di habitat aslinya," katanya.
Ia mengatakan aktivis Cinta Satwa Riau berencana untuk berkeliling ke sekolah-sekolah untuk mengkampanyekan bahaya sirkus untuk satwa.
"Kami bukan mau menutup rezeki orang, tapi kalau mau bisnis lumba-lumba yang tolong dibikin di habitatnya yang sebenarnya," lanjut Violetta.
Seorang mahasiswa mengenakan kostum bernama Otan, singkatan dari Orangutan, yang membawa poster untuk menjemput lumba-lumba sirkus.
Perwakilan dari BEM Universitas Riau, Aulia Putra meminta agar Pemerintah Kota Pekanbaru menutup kegiatan sirkus tersebut karena adanya eksploitasi satwa.
"Kami juga menuntut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut izin sirkus keliling terhadap lumba-lumba karena bertentangan dengan Peraturan Menteri LHK No.92 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi," katanya.
Baca juga: Penyelenggara sirkus lumba-lumba keliling bantah tuduhan eksploitasi
Baca juga: Bayi lumba-lumba mati akibat diajak selfie
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019