Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Paskah Suzeta mengungkapkan pemerintah mengharapkan Bank Dunia tetap memberikan pinjaman murah kepada Indonesia dalam skema internasional development association meski telah berhasil menjadi negara berpenghasilan menengah.
Paskah di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pinjaman murah tersebut tetap dibutuhkan Indonesia untuk menutup defisit anggaran 2007 yang mencapai 1,54 persen dari PDB atau Rp58,285 triliun selain melalui penerbitan obligasi negara. Paskah juga mengharapkan pinjaman murah Bank Dunia tersebut dapat diperbesar.
"Pinjaman lunak dengan bunga rendah perlu diperbesar porsinya dari Bank Dunia," kata Paskah.
Ia menjelaskan selain dari Bank Dunia, pemerintah juga akan melakukan pinjaman luar negeri pada bank pembangunan asia (ADB) dan Japan Bank for International Co-operation (JBIC).
Sementara itu, Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Joachim von Amsberg, mengatakan Bank Dunia tidak lagi memberi pinjaman murah pada Indonesia menyusul keberhasilan Indonesia masuk dalam negara berpenghasilan menengah.
"Indonesia mengalami perubahan bentuk pinjaman Bank Dunia dari yang murah biayanya, yaitu IDA (International Development Association), seperti subsidi, hibah, ke pinjaman bagi negara berpenghasilan menengah, yaitu IBRD (International Bank for Reconstruction adn Development). Itu refleksi kesuksesan Indonesia dalam manajemen ekonomi. Indonesia sekarang dianggap sebagai negara berpenghasilan menengah yang `mature`," kata Joachim di Jakarta, Rabu.
Meski demikian, dia menegaskan pinjaman ke Bank Dunia masih lebih menguntungkan dibandingkan penerbitan obligasi internasional.
"Ada banyak keuntungan bagi Indonesia untuk meminjam dari Bank Dunia dan kami selalu berusaha membuatnya lebih menguntungkan indonesia. Suku bunga produk kami 50 basis poin di atas LIBOR yang berfluktuasi, namun lebih rendah dari pasar. Jika Indonesia pergi ke pasar Internasional, bunganya 100-200 basis poin di atas LIBOR. Bank Dunia juga menawarkan masa pinjaman dan masa tenggang yang lebih panjang," kata Joachim.
Dijelaskannya, Bank Dunia saat ini tengah berusaha membuat produk-produk mereka lebih menarik bagi anggotanya, termasuk kemungkinan menurunkan suku bunga pinjaman dari saat ini.
Outstanding pinjaman luar negeri Indonesia dari Bank Dunia sejak 1967-2006 mencapai 7,424 miliar dolar AS dalam skema IBRD dan 1,323 miliar dolar AS dalam skema IDA.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007