Ada 500 unit lebih peralatan nelayan yang mengalami kerusakan akibat tsunami Selat Sunda seperti kapal, perahu, alat tangkap dan mesin.

Serang, (ANTARA News) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) siap membantu perbaikan mesin perahu dan peralatan tangkap ikan yang rusak bagi nelayan yang menjadi korban tsunami di Pandeglang dan Serang, Provinsi Banten.

"Sambil kami melakukan pendataan yang lebih lengkap lagi, pemerintah pusat melalui KKP siap membantu perbaikan mesin perahu. Akan dikirim tiga truk peralatan mesin bengkel beserta tim-nya ke Pandeglang," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Banten Suyitno di Serang, Senin.

Ia mengatakan, peralatan tersebut nantinya akan disiapkan untuk perbaikan mesin perahu, baik peralatan mesin atau bengkel yang bergerak atau bengkel yang menetap di suatu lokasi.

Nantinya para nelayan bisa membawa mesin perahu yang rusak untuk diperbaiki di bengkel yang disiapkan KKP beserta tim ahlinya tersebut.

"Nanti juga KKP akan menggandeng perusahaan untuk menyalurkan CSR-nya untuk membantu nelayan," kata Suyitno.

Saat ini pihaknya terus berupaya melakukan pendataan kerugian yang diderita oleh para nelayan akibat tsunami tersebut.

"Kami juga masih menunggu tim di lapangan karena data-nya ini masih dinamis," kata Suyitno.

Tsunami Selat Sunda yang menerjang pesisir laut wilayah Banten mengakibatkan rusaknya aset milik Dinas Kelautan dan Perikanan milik Pemprov Banten yang ditaksir mencapai Rp15 miliar serta miliaran rupiah lagi peralatan milik nelayan rusak dan hilang.

Menurut Suyitno, pada tanggal 4 Januari 2019 Pemprov Banten berkirim surat kepada Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti agar memberikan perhatian serius kepada para nelayan, agar sektor perikanan bangkit kembali.

"Berdasarkan hasil pendataan yang baru saja kami lakukan, khusus aset DKP Banten mengalami rusak berat. Dan jika ditaksir kerugianya mencapai Rp15 miliar," kata Suyitno.

Ia menjelaskan, aset pemprov yang rusak berat itu di Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) Cigorondong di Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang. Pihaknya sudah melaporkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan beberapa hari lalu.

Bukan hanya soal BBIP saja yang disampaikan, kata Suyitno, Pemporv Banten juga menyampaikan laporan kondisi para nelayan yang terdampak Tsunami Selat Sunda di tiga daerah.

Khusus untuk dampak tsunami bagi nelayan, bukan hanya di Kabupaten Serang, dan Pandeglang, akan tetapi juga terjadi di pesisir Pantai Kota Cilegon seperti di Kecamatan Ciwandan dan Pulo Merak.

Secara rinci, kata dia, untuk nelayan di Kabupaten Pandeglang ada tujuh orang meninggal dunia, dan empat orang sampai saat ini belum ditemukan. Untuk nelayan di Kabupaten Serang dan Kota Cilegon tidak ada hilang atau meninggal. Namun ratusan aset milik nelayan seperti kapal, perahu, mesin alat tangkap juga mengalami kerusakan.

"Kami juga melaporkan ke KKP, kapal dan peralatan milik nelayan mengalami kerusakan, bahkan hilang. Adanya kondisi dan dampak yang begitu besar, kami berharap KKP dapat membantu kami dalam rangka percepatan pemulihan kondisi perekonomian nelayan pasca tsunami di Banten," katanya.

Sekretaris DKP Banten, Gelar Suprijadi menambahkan, ada 500 unit lebih peralatan nelayan yang mengalami kerusakan akibat tsunami Selat Sunda seperti kapal, perahu, alat tangkap dan mesin.

"Di Kabupaten Pandeglang, kapal lebih dari 5 GT ada 15 unit mengalami rusak ringan, satu unit rusak sedang, 118 unit rusak berat.? Untuk Perahu Jukung sampai dengan 5 GT yang hilang?tiga unit, rusak ringan 93 unit, rusak sedang 20 unit, dan rusak berat 430 unit. Sedangkan untuk alat tangkap ada 32 buah hilang, 154 rusak," kata Gelar.

Sementara di Kabupaten Serang, yang mengalami kerusakan ringan adalah perahu jukung sampai dengan 5 GT sebanyak dua unit, rusak berat 18 unit. mesin yang hilang ada empat unit, rusak ada tujuh unit. Alat tangkap hilang 64 buah, rusak lima buah.

Baca juga: Warga korban tsunami masih berharap bantuan perahu

Baca juga: Nelayan korban tsunami Selat Sunda harapkan bantuan kapal

Baca juga: Pemprov Lampung segera ganti 634 perahu nelayan

Pewarta: Mulyana
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019