Dolar AS masih dibayangi tekanan seiring sinyal 'dovish' dari the Fed dan penutupan pemerintah AS

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan sore ini melemah sebesar 79 poin ke posisi Rp14.124 dibandingkan sebelumnya Rp14.045 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin mengatakan sentimen data perdagangan China yang melambat mempengaruhi pergerakan mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.

"Ekspor-impor China melambat pada 2018, memberi kekhawatiran perlambatan aktivitas ekonomi di negara sekitar, sehingga direspon negatif pelaku pasar," katanya.

Sepanjang 2018, ia mengemukakan, ekspor China melambat hingga 4,4 persen, sedangkan impor melambat 7,6 persen.

Kendati demikian, menurut dia, prospek mata uang dolar AS masih cenderung negatif setelah the Fed memberi sinyal hati-hati dalam menaikan suku bunga acuannya pada 2019.

Selain itu, lanjut dia, optimisme pasar pada perundingan perdagangan dagang AS-China juga masih akan menjadi penopang mata uang negara berkembang.

"Dolar AS masih dibayangi tekanan seiring sinyal 'dovish' dari the Fed dan penutupan pemerintah AS," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp14.052 dibanding sebelumnya Jumat (11/1) di posisi Rp14.076 per dolar AS.

Baca juga: Analis: Ruang penguatan rupiah masih cukup terbuka

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019