New York (ANTARA News) - Iran memiliki hak untuk meneruskan riset nuklir damai dan hendaknya tidak dihukum hanya karena dugaan Barat negara itu ingin membuat bom atom, Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan Selasa. "Sejauh ini, Iran tidak melakukan kejahatan berkenaan dengan garis pedoman senjata nuklir PBB," kata Lula pada wartawan ketika ia bersiap untuk kembali ke Brazil setelah menyampaikan pidato di Majelis Umum PBB. "Tak satu (negara) pun dihukum sebelumnya," kata Lula, yang negaranya telah mulai memperkaya uranium untuk tenaga listrik nuklirnya tahun lalu, yang hanya menimbulkan perhatian internasonal yang terbatas. Sementara itu, kekhawatiran mengenai ambisi nuklir Iran termasuk di antara topik terpanas dalam agenda sidang PBB. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengatakan kegagalan untuk menghentikan Iran untuk memperoleh senjata nuklir dapat membuat tidak stabil dunia. Teheran bersikeras mencari teknologi unggul untuk membangkitkan tenaga atom meskipun negara Barat memperkirakan negara itu menjalankan program bom rahasia. PBB telah minta Iran untuk menghentikan program pengayaan nuklirnya, dan telah menjatuhkan dua putaran sanksi pada Iran karena penolakannya. AS kini sedang mendesakkan putaran sanksi ketiga. "Jika Iran ingin memperkaya uranium, jika negara itu ingin menangani masalah nuklir dengan cara damai seperti yang Brazil lakukan, itu hak Iran," kata Lula, yang menambahkan bagaimanapun, bahwa semua negara akan tunduk pada garis pedoman PBB. Iran telah setuju dengan pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), pada 21 Agustus untuk menjelaskan jangkauan program nuklirnya. Pabrik pengayaan uranium Natanz Iran diperkirakan akan mulai memproduksi sejumlah bahan bakar nuklir yang dapat digunakan dalam beberapa bulan yang akan datang. Pabrik itu juga dapat menghasilkan uranium untuk senjata, demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007