Banda Aceh (ANTARA News) - Puluhan mahasiswa berunjukrasa mendesak Kepala Badan pelaksana (Bapel) Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias Kuntoro Mangkusubroto segera meminta maaf kepada seluruh masyakarat Aceh terkait pernyataannya di salah satu media. "Kami minta Kuntoro segera mungkin meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh terkait pernyataannya yang keliru mengenai syariat Islam menghambat pembangunan di Aceh," kata Koordinator aksi Abdullah Dagang di Banda Aceh, Rabu. Unjukrasa yang dilakukan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Forum Silaturrahmi (Fosma) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) itu berlangsung di depan Kantor BRR NAD-Nias dengan pengawalan ketat dari puluhan aparat kepolisian setempat. Mahasiswa dalam aksinya juga turut membawakan sejumlah spanduk, selebaran dan poster yang antara lain bertuliskan "Yang tidak setuju dengan syariat Islam berarti kafir, Kuntoro jangan jadi kaum syaitan, Kuntoro kaum munafik nyata dan Jangan pancing kemarahan masyarakat Aceh". "Pernyataan Kuntoro di harian Jakarta Post (21/9) dengan judul "Sharia hiders Aceh development" yang mengatakan syariat Islam menghambat program pembangunan di Aceh seakan telah menginjak-injak martabat orang Aceh," ujarnya. Abdullah Dagang juga menyesalkan pernyataan Sekertaris Bapel BRR NAD-Nias Kamaruzzaman mengenai implementasi syariat Islam dilakukan tanpa persetujuan seluruh masyarakat Aceh. "Jika Kamaruzzaman mengatakan syariat Islam bukanlah keinginan seluruh masyarakat Aceh, maka kami meragukan pemahamannya selama ini sebagai putra Aceh dan harus lebih banyak belajar lagi," katanya. Untuk itu, jelasnya, mahasiswa mendesak kepada kedua petinggi BRR tersebut untuk segera menarik perkataannya dan meminta maaf kepada seluruh masyarakat Aceh melalui media lokal dan nasional. Meskipun dalam aksinya mahasiswa telah diberi izin mengutus tujuh perwakilan untuk masuk ke halaman kantor BRR, namun para pengunjuk rasa tetap tidak berhasil bertemu dan berdialog langsung dengan Kuntoro Mangkusubroto. Usai berunjukrasa tiga jam lebih, pada pukul 13:00 WIB puluhan mahasiswa itu kemudian membubarkan aksinya dengan tertib, dan menyatakan akan memberi waktu kepada BRR selama tiga hari untuk menindaklanjuti tuntutan mereka. "Jika dalam tiga hari ke depan Kuntoro dan Kamaruzzaman belum juga meminta maaf, kami akan melakukan aksi yang lebih besar dengan melibatkan seluruh Oganisasi Masyarakat (Ormas) Islam di Aceh," tegasnya. Sementara itu, Direktur Komunikasi BRR-NAD Nias, Juanda Djamal mengatakan, pemberitaan dan ucapan yang dikutip oleh Jakarta post dalam kunjungan ke kantor redaksi media itu bukanlah ucapan utuh dari Kepala BRR Kuntoro Mangkusubroto. "Tidak ada kata setuju atau tidak setuju maupun menghambat atau tidak menghambat penerapan syariat Islam terhadap pembangunan Aceh," katanya. Yang disampaikan Kuntoro dalam pertemuan itu adalah banyak para kepala pemerintahan/negara donor dan pelaku bisnis internasional menanyakan masalah implementasi syariat Islam di Aceh serta sampai sekarang investasi di Aceh sangat sedikit untuk memecahkan masalah pengangguran dan kemiskinan. Dia juga mengharapkan dinamika tersebut tidak sampai menimbulkan adanya kelompok atau pihak tertentu yang menyebarkan kebencian dan fitnah terhadap sesama umat muslim yang kini melangsungkan ibadah puasa Ramadhan.(*)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007