Bandarlampung (ANTARA News) - Yayasan Badak Indonesia (YABI) telah terbentuk untuk menjadi penaung beberapa institusi yang bertujuan melindungi dan melestarikan spesies badak di Indonesia, terutama badak Sumatera bercula dua (Dicerorhinus sumatrensis). Pengukuhan Yayasan Badak Indonesia itu akan dilaksanakan di Bali pada Desember 2007 bersamaan dengan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim Global yang direncanakan di Pulau Dewata itu, demikian informasi diperoleh ANTARA News di Bandarlampung, Rabu. Selama ini dalam program penangkaran badak Sumatera, terdapat beberapa lembaga yang peduli pada pelestarian satwa liar yang sangat langka dan dilindungi itu, yaitu Suaka Rhino Sumatera (SRS), Yayasan Mitra Rhino (YMR), dan Rhino Protection Unit (RPU). SRS memiliki areal penangkaran semi alami di hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur seluas 100 Ha, dengan beberapa ekor badak jantan dan betina yang sedang dalam penangkaran. RPU merupakan unit proteksi badak liar yang bertugas di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Semula RPU juga bertugas di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), namun beberapa tahun terakhir ditarik karena penyelamatan badak liar di sana dianggap tidak efektif, mengingat populasinya makin menyusut dan telah hidup berpencar-pencar. YMR adalah yayasan menaungi perlindungan dan penyelamatan badak di Indonesia yang mendapatkan dukungan dari berbagai lembaga internasional, diantaranya International Rhino Foundation (IRF). "Ya, sekarang RPU, SRS, dan YMR berada dalam naungan Yayasan Badak Indonesia," kata Arief Rubianto, salah satu pimpinan RPU. Site Manager SRS di TNWK, Marcellus Adi CTR membenarkan adanya pengembangan lembaga yang bertujuan melindungi dan melestarikan badak liar di Indonesia tersebut agar dapat berjalan lebih terpadu dan efektif. Beberapa hari lalu, jajaran pimpinan lembaga di bawah YABI juga telah melihat perkembangan kondisi badak Andalas--badak jantan muda yang didatangkan dari kebun binatang AS dan ditempatkan di SRS TNWK. Menurut Marcellus, peluang badak Andalas yang kini masih dalam proses adaptasi lanjutan di SRS TNWK itu, untuk dapat membuahi badak betina muda di sana cukup besar walaupun perlu proses dan waktu. "Mudah-mudahan adaptasinya lancar sehingga dalam waktu dekat akan ada badak betina di SRS dapat dibuahi dan hamil," ujarnya. Arief Rubianto yang baru-baru ini meraih penghargaan "Pahlawan Konservasi 2007" dari salah satu lembaga internasional, berharap keberadaan YABI akan semakin memantapkan program penyelamatan dan perlindungan badak di Indonesia, baik badak Sumatera maupun badak Jawa dari ancaman kepunahan akibat perburuan liar dan pengrusakan habitat karena pengrusakan hutan maupun illegal logging itu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007