Singapura (ANTARA News) - Perusahaan Indonesia mendapatkan nilai rendah dalam hal kesadaran lingkungan dibandingkan dengan beberapa perusahaan yang ada di Asia. Angka tersebut didapatkan dari hasil survei yang dilakukan oleh Asian Corporate Governance Association (Asosiasi Pengelola Perusahaan Asia) yang berpusat di Singapura dan beranggotakan 582 perusahaan di Asia. Secara keseluruhan, menurut asosiasi itu, perusahaan-perusahaan di Asia mendapatkan nilai buruk untuk survey kesadaran mengenai "lingkungan yang bersih dan hijau". Menurut Singapore`s Business Times, empat puluh dua persen dari perusahaan yang diminta pendapatnya oleh asosiasi itu tidak memberikan responnya terhadap survei lingkungan itu, sementara 64 persen perusahaan yang disurvey mendapatkan angka nol. Survei terhadap 582 perusahaan itu mendapatkan respon tertinggi dari perusahaan India, Thailand dan Filipina. Sementara respon terendah datang dari Indonesia yang telah dinilai sebagai salah satu penghasil karbon terbesar di dunia melalui kebakaran hutannya. Beberapa perusahaan yang mendapatkan nilai baik datang dari Jepang, Taiwan dan Korea Selatan, sementara Indonesia berada di urutan buncit dari 11 negara Asia. Menurut laporan dari asosiasi itu, selama ini masyarakat Asia hanya melihat bagaimana sebuah perusahaan berjalan dari sektor keuangannya saja. Tampaknya akan dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki pengaturan atau manajemen baik adalah sebuah perusahaan yang bisa memperlihatkan data keuangan yang baik ataupun bagiamana hubungan mereka dengan investor, sehingga tidak memperdulikan bagaimana hubungan mereka dengan lingkungan hidup ataupun sosial mereka. Dari survey tersebut, perusahaan yang mendapatkan nilai tinggi untuk kepedulian terhadap lingkungan yang bersih dan hijau datang dari perusahaan petrokimia, otomotif juga pada sektor gas dan teknologi. Perusahaan dari Korea Selatan Samsung mendapatkan nilai tertinggi dengan skor 100. HSBC yang merupakan bank dari Hong Kong mendapatkan nilai 95 dengan enam perusahaan lainnya seperti dari Jepang yaitu NEC, Sharp dan Toyoto, dari Korea Selatan Posco dan dari Taiwan Zyxel. Laporan tersebut mengatakan, tampaknya sudah menjadi pandangan umum dari banyak pimpinan perusahaan di Asia yaitu apapun bentuk bisnis yang dilakukan, akan menghasilkan jejak karbon, demikian DPA.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007