Jakarta (ANTARA News) - Sebuah penelitian baru-baru ini menyebutkan bahwa luas lapisan es di Greenland yang mencair bisa mencapai dua kali luasan Amerika Serikat, dengan kecepatan mencair tahun 2007 lebih tinggi dari rata-rata 1988 hingga 2006. Dengan menggunakan data citra satelit, para peneliti Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) membandingkan rata-rata salju yang mencair di Greenland tiap tahunnya, sejak tahun 1988 hingga 2006. Seperti dikutip dari laman www.livescience.com, para peneliti mendapati bahwa salju yang mencair, ditambah data pada musim panas tahun ini, menunjukkan tren meningkat. Pada tahun 2007 saja, laju pencairan es di Greenland ternyata 150 persen lebih tinggi daripada rata-rata pencairan selama durasi pemantauan. Indeks pencairan es di Greenland - indikasi yang menunjukkan lokasi es mencair berikut periode waktunya - di kawasan yang ketinggiannya di atas 1,2 mil dari permukaan laut pada tahun 2007 menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada kondisi normal. Pada tahun 2007, proses mencairnya es di kawasan ini berlangsung 25-30 hari lebih lama dibanding rata-rata selama 19 tahun terakhir. "Ketika salju mencair di ketinggian itu lalu membeku-ulang, proses itu membutuhkan energi empat kali lebih banyak daripada proses mempertahankan salju tidak mencair," kata Ketua Peneliti Marco Tedesco dari NASA. Ia melanjutkan, "hal ini akan berdampak terhadap anggaran energi Bumi yang mengubah besaran radiasi dari sinar matahari, berapa yang akan diserap dan berapa yang akan dipantulkan kembali ke atmosfer. Membekukan-kembali salju juga bisa mengubah berat jenis, ketebalan, dan materi air salju." Seiring dengan energi yang lebih besar untuk membekukan-ulang salju, hal itu juga akan memperbanyak salju yang akan mencair pada suatu periode musim. Pada tahun 2007, indeks pencairan salju di ketinggian yang lebih rendah juga tercatat cukup parah, menduduki peringkat ke-5 terbesar di bawah data tahun 2005, 2002, 1998, dan 2004. "Tren peningkatan luasan pencairan salju di Greenland berdampak luas, ini bukan hanya soal tepian es yang menyusut," kata Tedesco. "Selain berpengaruh langsung terhadap kenaikan air muka laut, pencairan es terutama yang dikawasan pesisir laut juga bisa mempercepat mencairnya sungai es gletser, karena air dari es yang mencair berperan sebagai perekat antara permukaan yang beku dengan batuan dasar jauh di bawah permukaan," katanya. Itu sebabnya, masih kata Tedesco, semakin cepat arus air di sungai es gletser, semakin banyak air yang masuk ke laut dan berdampak kepada kenaikan air muka laut." Hasil lengkap penelitian para ahli dari NASA ini diterbitkan dalam koran Asosiasi Geofisika Amerika "Eos" edisi 25 September 2007.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007