Padang (ANTARA News) - Gempa susulan yang menguncang kermbali pantai barat Sumbar akan terjadi selama enam bulan ke depan, setelah gempa beruntun Rabu sore (12/9) dan Kamis pagi (13/9), satu bentuk fenomena alam untuk mencari kestabilan. "Masyarakat tidak perlu cemas, cukup waspada dan jika guncangannya cukup kuat warga cari perlindungan dalam rumah di bawah meja, jika guncangannya rendah keluar rumah dengan tertib dan usahakan berada dilapangan terbuka," kata Pakar Gempa Unand DR Badrul Mustapa, di Padang, Rabu. Kota Padang dan sekitarnya kembali diguncang gempa berkekuatan 5,2 SR, Selasa, pukul 15.27 WIB pada kedalaman 63 km dpl berlansung selama lima menit kembali mengguncang sejumlah Kota di Sumbar, terutama sepanjang Pesisir Selatan dan Kota Padang. Data BMG Padang Panjang, Fitri, merekam pusat gempa berada pada wilayah 57 km barat daya Painan - Sipora, Kepulauan Mentawai, pada lokasi 1,7 Lintang Selatan dan 100,3 Bujur Timur. Guncangan gempa itu, juga dirasakan di Kab. Pesisir Selatan --satu daerah terparah diguncang gempa-- dan sejumlah kabupaten/kota lain di Sumbar. Gempa pertama mengguncang kota-kota di Sumbar terjadi pada Rabu Sore pukul 18.10 WIB berkekuatan 7,9 SR pada kedalaman 10 kilometer di bawah permukaan laut pada wilayah 159 km barat daya Bengkulu-Bengkulu, di lokasi 4,67 Lintang Selatan (LS) dan 101,13 Bujur Timur (BT). Gempa kedua berkekuatan 7,7 SR terjadi pada Kamis pagi (13/9) pukul 06.49 WIB berkekuatan 7,7 SR pada kedalaman 24 km di bawah permukaan laut, di wilayah 140 km barat daya Sungai Penuh-Jambi, pada lokasi 2.88 LS-100.43 BT. Kemudian gempa ketiga, berkekuatan 6,7 SR, terjadi Kamis pagi (13/9) pada pukul 08.26 WIB, pada kedalaman 46 km di wilayah 130 km barat daya Painan. Untuk mencapai stabil, pada satu wilayah diguncang gempa jelas berbeda, dan kestabilan dibutuhkan, kata Badrul, mengumpamakan, longsoran pada satu bukit kecil saja perlu waktu lama untuk stabil setelah longsor, apalagi diguncang gempa. "Batuan yang patah akan mencari kestabilan, namun makin besar kekuatan gempa yang muncul, maka kestabilannya diyakini makin lama terjadi," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007