Jerusalem (ANTARA News) - Seorang menteri Israel mengatakan negaranya akan menukarkan pemimpin intifada Palestina, Marwan Barghuti, yang dipenjarakan dengan seorang tentara Israel yang ditangkap oleh gerilyawan Gaza lebih dari satu tahun lalu. "Marwan Barghuti memiliki kesempatan baik untuk menjadi pemimpin Palestina yang akan datang," Benjamin Ben-Eliezer, menteri infrastruktur dan anggota kabinet keamanan Israel yang berkuasa, mengatakan pada radio tentara. "Pembebasannya dapat memungkinkan pembicaraan politik untuk memajukan dan menghasilkan pembebasan Gilad Shalit", tentara Israel yang ditangkap dalam serangan lintas-perbatasan yang mematikan oleh gerilyawan Palestina pada 5 Juni 2006. Namun seorang jurubicara gerakan Islam Hamas, yang sekarang ini menahan Shalit, bersikeras akan mendesakkan tuntutannya untuk membebaskan ratusan tawanan Palestina sebagai pertukaran bagi Shalit. "Persyaratan perjanjian harus dibuat jelas pada pemerintah pendudukan dan mereka tidak mengikutinya, dan karena itu kasus Gilad Shalit akan tetap ditangguhkan," kata Sami Abu Zuhri, seperti dikutip AFP. Beberapa pejabat Israel mengatakan, pertukaran bagi Shalit telah disepakati dengan Hamas melalui perantaraan Mesir tapi pembicaraan itu macet setelah gerakan Islam itu merebut kekuasaan di Jalur Gaza pertengahan Juni. Barghuti adalah pemimpin Tepi Barat kelompok Fatah pimpinan presiden Mahmud Abbas -- saingan utama gerkan Islam itu -- dan dianggap secara luas sebagai inspirasi di balik intifada yang meletus September 2000. "Semua orang yang memikirkan keamanan Israel menyadari bahwa tidak ada alternatif untuk membebaskan Marwan Barghuti, karena ia adalah pemimpin di pihak Palestina," kata Ben-Eliezer. Barghuti ditangkap pada 2002 dan dihukum pada 2004 karena lima macam pembunuhan dan salah satu dari upaya pembunuhan yang berhasil dari tiga serangan bunuh diri dan satu serangan yang gagal. Ia sekarang ini sedang menjalani lima hukuman penjara seumut hidup. Penahanannya tidak mengurangi daya tariknya di jalanan Palestina. Pada Januari 2006 ia terpilih kembali ke parlemen dan dianggap secara luas sebagai seorang kemungkinan pengganti Abbas. Ben Eliezer mengatakan hukuman Barghuti tidak akan mencegah Israel untuk mengadakan pembicaraan dengan pemimpin kharismatis itu. "Bagi kami ia adalah seorang pembunuh, tapi (pemimpin legendaris Palestina) Yasser Arafat tidak kurang dari seorang pembunuh, yang tidak menghalangi (mendiang perdana menteri Israel) Yitzhak Rabin untuk mengulurkan tangannya padanya," katanya. Arafat dan Rabin menandatangani perjanjian Oslo 1993 yang mendirikan pemerintah otonomi Palestina. (*)
Copyright © ANTARA 2007