Sepanjang dapat dikendalikan dan diperuntukan bagi sektor produktif maka utang luar negeri aman

Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Harian Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Maruf Amin, Rosan P Roeslani, menegaskan, tanpa utang mustahil negara bisa menjalankan program pembangunan serta hal ini merupakan hal lazim dilaksanakan di semua negara.

"Hampir semua negara di dunia memiliki utang luar negeri untuk menjalankan program pembangunan termasuk negara maju seperti Amerika Serikat," kata Rosan di Jakarta, Kamis, menanggapi munculnya wacana infrastruktur dapat dibangun tanpa utang.

Berbicara dihadapan forum "Ini Ker1a Ku", komunitas pendukung Capres dan Cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Maruf Amin, Rosan mengatakan, utang untuk membiayai pembangunan masih dibutuhkan sepanjang mematuhi batasan-batasan yang sudah ditetapkan peraturan dan perundangan.

Seperti disebut utang pemerintah mencapai Rp5.000 triliun sebenarnya merupakan hal yang wajar karena angka itu masih 30 persen dari PDB atau masih dalam batas aman karena peraturan membolehkan sampai 60 persen, jelas Rosan.

"Yang penting utang itu diperuntukan bagi hal-hal yang produktif serta ada pengendalian. Bahkan dengan tingginya capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dipastikan pembayaran utang sebesar itu akan selalu tertangani dengan baik," ujar dia.

Rosan menunjuk pembangunan infrasruktur yang penanganannya diserahkan kepada badan usaha baik BUMN maupun swasta, namun untuk daerah-daerah tertentu yang hitungan bisnisnya tidak masuk maka pembangunan jalan menjadi tanggungjawab pemerintah sepenuhnya.

"Semua pembangunan infrastruktur dipastikan memanfaatkan utang karena merupakan investasi jangka panjang sehingga badan usaha yang menjalankan diberikan konsesi 25-30 tahun dengan opsi perperpanjangan," ujar Rosan.

Sedangkan anggota TKN lainnya, Bahlil Lahadalia yang juga hadir dikomunitas ini menilai pemanfaatan utang pemerintah untuk infrastruktur dinilai sangatlah tepat mengingat Indonesia sudah sangat tertinggal dalam hal pembangunan infrastruktur dibandingkan negara-negara tetangga.

Bahlil, pengusaha asal Papua ini mengatakan, Presiden Joko Widodo sangat perhatian dengan wilayah Timur Indonesia seperti Papua sudah direalisasikan 10 ruas jalan sehingga membuka daerah-daerah terpencil di Papua.

"Kalau disebut langkah itu sebagai pencitraan juga tidak tepat dengan penduduk yang berjumlah tiga juta sebenarnya elektabilitas di Papua rendah. Presiden memang sudah bertekad untuk membangun Papua agar setara dengan daerah lain di Indonesia," ujar Bahlil.

Baca juga: Utang luar negeri Indonesia naik 4,5 persen
Baca juga: Luhut sebut sesat, mereka yang tuding BUMN dijual untuk bayar utang
Baca juga: Ekonom: utang Indonesia bermanfaat bagi pembangunan infrastruktur
Baca juga: Fadli: pembangunan infrastruktur jangan terlalu bergantung utang

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019