Semarang (ANTARA News) - Tim dari Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang berencana mengunjungi kaum muslim Uighur yang tinggal di Provinsi Xinjiang, China, dalam waktu dekat.
"Kami pengurus MAJT bermaksud hadir datang ke Xinjiang untuk melihat langsung apa yang terjadi," kata Ketua Dewan Pelaksana Pengelola (DPP) MAJT Semarang, Prof Noor Achmad di Semarang, Kamis.
Hal tersebut disampaikan mantan Rektor Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang itu, saat menyambut kunjungan Duta Besar China untuk Indonesia, Xiao Qian di MAJT Semarang.
Rencana kunjungan ke Xinjiang, China itu, diakuinya merupakan tindak lanjut kunjungan Dubes China, Xiao Qian yang juga sudah menyampaikan klarifikasi atas persoalan yang menimpa muslim Uighur.
"Dalam rangka menegaskan kembali supaya tidak terjadi informasi yang salah, kami berkeinginan bisa mengunjungi Xinjiang dalam waktu dekat," ungkapnya.
Dari kunjungan ke Xinjiang itu, diharapkan bisa memberikan informasi yang benar, jujur, dan valid kepada masyarakat Indonesia atas apa yang menimpa saudara-saudara muslim Uighur di negara itu.
"Kami ingin melihat langsung apa yang dilakukan, bagaimana aktivitas saudara-saudara muslim yang ada di Xinjiang, khususnya suku Uighur. Ini menjadi sangat penting," jelasnya.
Bahkan, kata Noor sempat muncul inisiatif dari Ketua Dewan Penasehat DPP MAJT Semarang, Ali Mufiz yang mengusulkan iuran demi bisa memberangkatkan tim untuk mengunjungi muslim Uighur.
Kunjungan itu, menurut dia bisa memotret apa yang sebenarnya terjadi terhadap muslim Uighur di Xinjiang, apa yang dilakukan Pemerintah China, dan apa yang seharusnya dilakukan.
"Insya Allah, apa yang dilakukan ulama-ulama di Jateng dan MAJT akan sangat berpengaruh terhadap persepsi secara regional maupun nasional," katanya.
Dubes China dalam kunjungan itu juga sudah menjelaskan persoalan yang terjadi terhadap umat muslim Uighur di Xinjiang, menyikapi berbagai rumor yang beredar.
Noor menegaskan apa yang telah disampaikan Dubes China itu juga akan disampaikan kepada masyarakat agar lebih berhati-hati dalam menyikapi informasi yang berkembang.
"Sementara ini, kami sampaikan juga bahwa selama ini yang muncul di media sosial mengenai adanya pembantaian, indoktrinasi, hingga pembantaian suku tidak benar," tambahnya.
Diharapkan, kata dia masyarakat khususnya umat muslim di Indonesia untuk bersikap lebih hati-hati dalam memahami informasi-informasi mengenai persoalan yang terjadi di Uighur.
Baca juga: Amnesti Internasional: Etnis Uighur diperlakukan diskriminatif
Baca juga: China tahan sejuta warga Uighur di fasilitas rahasia
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019