Bagdad (ANTARA News) - Satu tentara Amerika Serikat (AS) hari Selasa tewas di propinsi Diyala, Irak timurlaut, saat ledakan terjadi di dekat kendaraannya, kata tentara tanpa merinci.
Kematian itu membuat tentara Amerika Serikat tewas di Irak sejak serbuan pada Maret 2003 menjadi 3.798 orang, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka Pentagon, sementara kantor berita Inggris Reuters menyebut angka 3.799 orang.
Gerilyawan menewaskan seorang prajurit Amerika Serikat di Bagdad dengan bom penghancur kendaraan lapis baja, yang oleh tentara negara adidaya itu sebelumnya disebut-sebut memiliki kaitan dengan Iran, kata pengumuman hari Minggu.
Tentara menyatakan prajurit itu tewas hari Sabtu akibat bom dikenal sebagai EFP itu meledak ketika rondanya lewat.
Tentara berulang kali menuduh gerilyawan Irak menerima EFP, bom rakitan pertama mampu menghancurkan kendaraan lapis baja, dari pasukan khusus Garda Revolusi Iran.
Iran membantah tuduhan tersebut.
Dua tentara Amerika Serikat tewas di Irak, termasuk satu dari kendaraan ronda terhantam bom jalanan di propinsi bergolak Diyala, kata pengumuman tentara Amerika Serikat pekan lalu.
Satu tentara lain cedera akibat ledakan tersebut, kata pernyataan tentara.
Pada hari itu juga, satu tentara tewas akibat kejadian bukan tempur di propinsi Kirkuk utara, kata pernyataan terpisah.
Perang Irak dimulai pada Maret 2003, ketika pasukan pimpinan Amerika Serikat menyerbu untuk menggulingkan Saddam Hussein, tapi berlarut hingga lebih dari empat tahun, di tengah perlawanan sengit dan perang keji antar-pengikut aliran agama.
Kendati kerusuhan surut di beberapa bagian negeri itu, kekerasan berkobar di tempat lain.
Perang tersebut sangat tak disukai di kalangan rakyat Amerika Serikat, yang tahun lalu memberi kekuasan atas kedua majelis di Kongres kepada partai Demokrat, terutama karena perasaan menentang perang dan ketidak-puasan terhadap partai Republikan pimpinan Bush.
Jumlah tentara Amerika Serikat di Irak dapat berkurang menjadi 130.000 orang sampai musim panas mendatang, jumlah sebelum penambahan pada tahun ini, tapi terlalu dini menyatakan waktu jumlah tentara itu akan berkurang, kata jenderal Amerika Serikat di Irak, David Petraeus.
Ia menghadapi anggota parlemen dari partai Demokrat dan banyak pemberi suara Amerika Serikat penuntut pengahiran segera keterlibatan negara itu di Irak dan menjabarkan penempatan tentara, yang lebih sedikit tanpa membahayakan peningkatan keamanan, yang ia katakan sedang berlangsung.
Presiden Amerika Serikat George W Bush telah berikrar akan melanjutkan perang itu, tapi banyak anggota utama partai Demokrat, yang menguasai kedua majelis di Kongres, menyatakan perang tersebut harus diahiri.
Ketika berbicara mengenai perang itu, yang telah menewaskan lebih dari 3.700 prajurit Amerika Serikat dan puluhan ribu orang Irak, Petraeus mendukung kuat keputusan Bush menambah 30.000 prajurit pada tahun ini.
Jenderal itu menyatakan mengusulkan satu satuan terdiri atas 2.200 anggota Marinir dapat meninggalkan Irak bulan ini sebagaimana direncanakan.
Jika sarannya diterima, satu brigade tempur --beranggota 4.000 prajurit-- akan meninggalkan Irak pada Desember, diikuti empat brigade lagi serta dua batalion Marinir terdiri atas beberapa ratus prajurit akan berangkat selambat-lambatnya Agustus 2008, demikian laporan AFP. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007