London, (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kemungkinan akan meminta Perdana Menteri Inggris Theresa May untuk melakukan berbagai hal guna mencegah kekacuan Brexit yang dikhawatirkan sejumlah perusahaan raksasa Jepang, Kamis.

Perusahaan-perusahaan Jepang telah menggelontorkan 46 miliar pounds (sekitar Rp82,9 triliun) di Inggris, berkat upaya pemerintah Inggris sejak Margaret Thatcher menjanjikan mereka tempat yang ramah untuk perdangangan ke Eropa.

Masa depan Brexit masih diliputi ketidakpastian - dengan peluang proses keluar yang kacau dari Uni Eropa (UE) hingga referendum keanggotaan lain - karena anggota parlemen Inggris diperkirakan akan menolak kesepakatan November antara May dengan UE dalam pemungutan 15 Januari mendatang.

Abe menyambut kesepakatan November tersebut namun investor khawatir bila kesepakatan itu ditolak maka negara dengan perekonomian terbesar kelima di dunia tersebut bisa mengalami kekacauan tanpa kesepakatan Brexit dan berimbas pada terganggunya jaringan suplai.

Abe dan May akan mendiskusikan peluang ekonomi yang ada bagi kedua negara saat Inggris meninggalkan UE, ungkap kantor perdana menteri Inggris.

"Inggris dan Jepang adalah rekan alami," kata May.

"saat Inggris bersiap meninggalkan UE, kami menaikkan cakrawala kami terhadap dunia. Hubungan kami dengan Jepang semakin erat, dan kunjungan ini akan memperkuat kerjasama di bidang yang luas," sambungnya.

Bagi Abe, hubungan perdangangan Inggris dengan Eropa setelah Brexit akan menjadi agenda utama. Dia menyampaikan kepada awak media sebelum keberangkatannya ke Eropa bahwa dia akan menyampaikan posisi Jepang dalam Brexit, menurut sejumlah laporan.

Baca juga: Sejumlah isu ekonomi dibahas Presiden dan PM Jepang
Baca juga: PM Jepang Abe lega atas pembebasan sandera

Saat keduanya bertemu di pertemuan G20 di Buenos Aires pada Desember, Abe meminta dukungan May untuk menghindari Brexit yang "tanpa kesepakatan" dan memastikan transparansi, mudah diprediksi, dan stabilitas hukum dalam prosesnya.

Produsen mobil Jepang seperti Toyota, Nissan, dan Honda - pemain utama di Inggris, dengan hampir 1,7 mobil yang diproduksi - mengingatkan kerugian dalam hal kebebasan dan pengekangan perdagangan dengan UE pasca-Brexit.

Duta Besar Jepang untuk Inggris Koji Tsuruoka mengeluarkan peringatan terbuka mengenai Brexit Februari lalu ketika dia mengatakan perusahaan-perusahaan Jepang akan meninggalkan Inggris jika hambatan perdagangan membuat mereka tidak untung.

"Jika tidak ada keuntungan untuk melanjutkan kegiatan operasional di Inggris maka tidak ada perusahaan swasta, tidak hanya perusahaan Jepang, yang bisa melanjutkan kegiatan operasionalnya," ujar Tsuruoka. "Sesederhana itu."

Redaktur: I Wayan Yoga H / Maria D. Andriana

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019