Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU) belum akan membeli persenjataan baru dari Amerika Serikat (AS) meski sanksi embargo telah dicabut sejak November 2005.
"Kami belum akan menjajaki pembelian senjata dari AS, meski sanksi embargo telah dicabut," kata Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsekal Madya Wresniwiro ketika dikonfirmasi ANTARA News di Bengkulu, Selasa, terkait keikutsertaan TNI AU dalam Konferensi Kepala Staf Angkatan Udara se-dunia di AS 24-26 September 2007 di Washington DC.
Ia menambahkan, hingga saat ini hubungan angkatan udara kedua negara telah kembali berjalan baik setelah sempat terhenti karena sanksi embargo yang dijatuhkan AS terhadap Indonesia pada 1998.
Kerjasama di bidang latihan dan pendidikan bagi para perwira TNI AU, serta latihan bersama antara kedua angkatan udara telah berjalan secara intensif dan akan terus ditingkatkan di masa datang.
"Tetapi, kami belum akan melakukan penjajakan untuk membeli persenjataan baru dari AS," ujar Wresniwiro.
Tentang suku cadang beberapa pesawat tempur buatan AS yang belum dikembalikan karena embargo, ia mengatakan sebagian besar telah dikembalikan secara bertahap pasca pencabutan embargo pada dua tahun silam.
"Kalau pun ada beberapa komponen yang belum dikembalikan, itu karena memang prosesnya yang agak panjang, karena harus ada izin dari kementerian pertahanan setempat (Departement of Defence/DoD)," ujarnya.
Tetapi, tambah dia, pihaknya terus mendesak AS agar segera mengembalikan sejumlah suku cadang yang tertahan mengingat TNI AU kini tengah memprogramkan untuk meningkatkan kesiapan tempurnya dari rata-rata 50 persen menjadi 80 persen.
Sejumlah suku cadang pesawat tempur TNI AU yang tertahan di luar negeri adalah komponen F-5 di Amerika Serikat, Swedia, Inggris, Brasil dan Korea Selatan.
Suku cadang Hawk-200 tertahan di Inggris, suku cadang A-4 Sky Hawk tertahan di Selandia Baru, suku cadang F-16 tertahan di Korea Selatan.
Konferensi Kepala Staf Angkatan Udara se-dunia di AS 24-26 September 2007 di Washington DC, juga diisi dengan seminar dan pameran teknologi kedirgantaraan.
Selain melibatkan departemen pertahanan dan militer, serta 128 kepala staf angkatan udara, kegiatan juga diikuti oleh para industriawan dirgantara baik militer maupun sipil.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007