Anak -anak kita ini tidak dididik untuk bersaing dengan robot.
Jakarta (ANTARA News) - Komunitas masyarakat robotik pertama di Indonesia telah diresmikan pada Rabu, di Bogor, Jawa Barat dengan tujuan menjadi suatu wadah organisasi yang dapat menjadi standard perkembangan dunia teknologi robotika.
Pemrakarsa Pusat Robot Indonesia (PURI Robotics), Jully Tjindrawan menjelaskan bahwa Masyarakat Robotik Indonesia (MRI) dibentuk berdasarkan hasil kerja sama Robotic Explorer dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
"Dalam Wadah organisasi ini nantinya menjadi ajang pertukaran ide dari berbagai komunitas seperti komunitas pendidikan, komunitas bisnis dan industri, komunitas pemerintahan, dan komunitas kedokteran maupun komunitas pengamat dan media masa," jelas Jully melalui siaran pers Kementerian Ketenagakerjaan, Rabu.
Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri yang menghadiri peresmian tersebut mengatakan pembangunan SDM perlu diperkuat pada sisi karakternya agar kemampuannya melampaui robot.
"Anak -anak kita ini tidak dididik untuk bersaing dengan robot. Mereka justru harus melampaui robot dengan menonjolkan sisi kemanusiaannya," kata Hanif.
Menurut Hanif, ada banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh robot dan hanya bisa dilakukan oleh manusia. Untuk itu, manusia harus terus memperkuat diri keterampilannya.
Hanif menyebut, sebanyak 85 persen kompetensi yang dibutuhkan di masa depan adalah karakter. Selain karakter, hal yang membuat manusia unggul dari robot adalah responsif terhadap perubahan.
"Dengan kecepatan adaptasi manusia akan eksis dan mengendalikan semua perubahan," tuturnya.
Hanif membeberkan hasil survey ILO, dimana 58 persen jenis pekerjaan yang ada saat ini akan hilang di masa depan. Sebaliknya, 65 persen pekerjaan baru akan muncul di masa depan belum dikenal saat ini.
Untuk itu, ia meminta perubahan yang terjadi akibat perkembangan teknologi dan informasi jangan dilihat sebagai tantangan semata. Namun juga peluang bagi Indonesia.
"Oleh karena itu, investasi SDM memegang peranan penting dalam menghadapi era digitalisasi ini," ujar Hanif.
Baca juga: Pendidikan teknologi robotik kurang diminati
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019