"DNA Vivo adalah kamera dan musik. Kami menyertakan kedua unsur melalui chip high-fi di semua unit Vivo global, maupun Indonesia," kata Manajer Humas Vivo Mobile Indonesia, Tyas K Rarasmurti, kepada media di Bandung, Rabu.
Target pasar Vivo sejak masuk ke Indonesia pada 2014 lalu adalah anak-anak muda yang gemar mengabadikan peristiwa dengan kamera ponsel. Berdasarkan riset mereka, kamera masih masuk ke tiga besar fitur yang paling dicari konsumen dari sebuah ponsel.
Tolak ukur ini dilihat dari pertimbangan konsumen ketika ingin membeli ponsel baru, kamera menjadi fitur utama yang harus dicoba pertama kali, terutama kamera depan.
Selain kamera, konsumen juga pada umumnya melihat rancangan bodi ponsel, ada konsumen yang ingin ponselnya dapat menunjang gaya berpakaiannya sehari-hari.
"Ingin terlihat stylish," kata Tyas.
Untuk menjawab keinginan konsumen tersebut, Vivo tahun ini menggabungkan fesyen dengan teknologi dalam rancangan ponsel mereka. Bagi Vivo, ponsel berkaitan erat dengan gaya seseorang, seperti pakaian, karena melekat ke indivdu setiap hari.
Selain itu, menggabungkan fesyen ke dalam teknologi agar konsumen memiliki akses ke tekonologi agar dapat membantu aktivitas sehari-hari mereka.
Manajer Produk Vivo Global, Charles Ding, berpendapat pergeseran fungsi kamera di ponsel semakin mempermudah komunikasi konsumen melalui ponsel.
"Kamera mendukung komunikasi yang lebih jelas karena berbentuk visual," kata Ding.
Fungsi kamera di ponsel saat ini bukan lagi hanya untuk mengambil gambar, namun, juga untuk panggilan video. Kamera juga menjadi sarana pengguna untuk aktualisasi diri, misalnya untuk menunjukkan diri melalui foto yang diunggah ke media sosial.
"Maka itu kebutuhan kamera yang bagus semakin meningkat," kata dia.
Baca juga: Perangkat 5G komersial pertama Vivo siap luncur pada 2020
Baca juga: Review - Vivo V11 Pro, menggoda dengan desain, kamera dan teknologi terkini
Baca juga: Deretan ponsel harga Rp2 hingga 5 jutaan
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2019