Jakarta, (ANTARA News) - Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia (IMF-WB) yang diselenggarakan pada Oktober 2018 dinilai tidak mampu mendongkrak tingkat hunian hotel-hotel yang ada di Bali.

Senior Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam paparan di Jakarta, Rabu, menyebut meski dihadiri banyak peserta, pertemuan internasional yang sudah direncanakan sejak jauh hari itu membuat harga tiket perjalanan menjadi mahal.

"Pertemuan IMF-WB itu harapannya akan mendorong tingkat hunian hotel kan, tapi saat itu harga (hotel) juga naik drastis. Tiket ke Bali juga lebih mahal sehingga tingkat kedatangan wisatawan berkurang," katanya.

Secara umum, lembaga konsultasi properti itu mencatat tingkat hunian hotel sejak awal 2018 mengalami penurunan akibat dampak erupsi Gunung Agung.

Namun seiring dicabutnya "travel warning", tingkat hunian hotel di Pulau Dewata kembali meningkat hingga puncak musim pada Juli 2018. Sayangnya, tren positif itu turun hingga perhelatan akbar Pertemuan IMF-WB di Nusa Dua, Bali.

Kendati demikian, Ferry memproyeksikan peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali pada 2019. Terlebih setelah sistem pembayaran dengan WeChat dan Alipay sudah diizinkan di Bali sehingga dapat mendorong minat kunjungan wisatawan asal China.

Ada pun hingga tiga tahun ke depan, hotel bintang empat dan lima akan mendominasi pasokan hotel di Bali yang penyebarannya tidak akan lagi terpusat di Kuta.

"Persaingan hotel di Bali akan semakin ketat ditambah semakin banyaknya pilihan tujuan wisata di Indonesia selaon Bali. Meski wisatawan yang datang ke Bali terus bertambah, persentase kenaikannya tidak akan setinggi tahun sebelumnya," jelas Ferry.

Colliers memperkirakan tingkat hunian hotel sepanjang 2019-2021 akan tetap di kisaran 72 persen hingga 73 persen.

Baca juga: ASITA sebut delegasi IMF-WB banyak berwisata secara mandiri

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019