Aset berdenominasi rupiah cukup menarik di tengah fundamental ekonomi nasional yang kondusif
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore ini menguat sebesar 20 poin ke posisi Rp14.125 dibandingkan sebelumnya Rp14.145 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu, mengatakan mata uang di kawasan Asia cenderung menguat terhadap dolar AS karena spekulasi pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China kemungkinan menghasilkan kemajuan.

"Pasar cukup optimis pembicaraan kedua negara itu menemukan jalan keluar dari perselisihan perdagangan," katanya.

Selain itu, lanjut dia, sentimen mengenai sikap Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell yang memberi sinyal dovish terhadap suku bunga Fed turut menjadi faktor yang menopang mata uang aset berisiko seperti rupiah.

"The Fed akan fleksibel dalam keputusan kebijakan suku bunga pada 2019 ini," katanya.

Ia menambahkan sentimen dari dalam negeri juga cukup mendukung untuk menopang rupiah. Data inflasi yang terkendali serta cadangan devisa Indonesia yang meningkat memicu penilaian positif dari pelaku pasar.

"Aset berdenominasi rupiah cukup menarik di tengah fundamental ekonomi nasional yang kondusif," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (9/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp14.120 dibanding sebelumnya (8/1) di posisi Rp14.031 per dolar AS.

Baca juga: Harapan positif hasil perundingan dagang AS-China, dongkrak penguatan rupiah

Baca juga: IHSG ditutup naik tipis, dipicu aksi beli para investor

Baca juga: Analis: Penguatan IHSG masih dibayangi hasil pertemuan AS-China

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019