Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Selasa sore turun menjadi Rp9.160/9.165 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.137/9.140 atau melemah 23 poin. Analis Valas PT Bank Saudara Ruri Nova di Jakarta mengatakan, aksi profittaking di pasar masih berlanjut, meski aktifitasnya agak berkurang, sehingga koreksi rupiah sore ini lebih kecil dibanding sesi sebelumnya. Aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar dalam upaya mencari untung, setelah dua pekan lalu menguat tajam mendekati level Rp9.100 per dolar AS dibanding kemerosotannya hingga mendekati Rp9.500 per dolar AS, ucapnya. Namun, lanjut dia, rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat, karena investor asing terus menempatkan dananya di pasar domestik seiring dengan keyakinan mereka bahwa ekonomi Indonesia pada masa datang semakin membaik. Karena itu, pasar uang lokal diperkirakan akan semakin bergairah, karena aktifnya pelaku asing bermain di Surat Utang Negara (SUN), dan obligasi, katanya. Rupiah, menurut dia, diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS. Pada level tersebut rupiah kemungkinan kembali akan dilanda aksi profit taking. Karena pada level tersebut eksportir kurang menyukainya dan biasa mengeluh bahwa produknya di luar negeri kurang kompetitip, katanya. Ia mengatakan, pelaku pasar juga masih menunggu kelanjutan dari kasus Subprime Mortgage (gagal bayar kredit sektor perumahan AS) yang masih belum selesai yang diperkirakan akan berlangsung hingga dua tahun. Kondisi ini menekan dolar AS terhadap euro merosot tajam mencapai titik terendah dan juga terhadap yen, sehingga penurunan dolar AS itu menimbulkan kekhawatiran pasar, katanya. Rupiah terkoreksi, menurut dia, selain aksi profit taking juga tekanan dari pasar saham regional yang melemah akibat kekhawatiran terhadap kelanjutan dari dampak krisis kredit perumahan di AS dan melemahnya dolar AS. "Namun koreksi ini terjadi hanya sementara, karena peluang rupiah untuk lebih jauh makin besar, katanya. Data BI menunjukkan, investor asing aktif bermain di pasar Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mencapai Rp31 triliun lebih dan di Surat Utang Negara meningkat tajam mencapai Rp77 triliun lebih. Oleh karena itu rencana SUN sebagai instrumen BI menggantikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam waktu dekat akan terlaksana, katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007