Pontianak (ANTARA News) - Setidak-tidaknya ada 12 kawasan konservasi di Kalimantan Barat (Kalbar) terdeteksi satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) telah memiliki titik api (hot spot) yang menandakan mengalami kebakaran dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan data Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kalbar, di Pontianak, Selasa, kawasan konservasi yang terdeteksi memiliki titik panas (hot spot) itu yakni di areal hutan lindung, suaka margasatwa dan taman nasional.
"Dari data sebaran hot spot satelit NOAA 18, pada Rabu (19/9) dan Kamis (20/9) juga terdapat di kawasan konservasi," kata Kepala Bapedalda Kalbar, Tri Budiarto.
Untuk Rabu (19/9), hot spot terdeteksi di hutan lindung Gunung Raya, Kabupaten Ketapang (satu buah), dan hutan lindung Gunung Naning, Kabupaten Sintang (satu hot spot).
Pada Kamis (20/9), sebaran hot spot semakin meluas yakni di hutan lindung Betung Kerihun, Kabupaten Kapuas Hulu (dua hot spot), Nyaban Pangihan, Kabupaten Kapuas Hulu (dua), Gunung Betung-Kenepai, Kabupaten Kapuas Hulu-Sintang (23 hot spot), Gunung Jenahang, Kabupaten Landak (satu), Gunung Raya, Kabupaten Landak (dua), Bukit Alat-Sungai Demu, Kabupaten Sintang (dua), Gunung Kehuma, Kabupaten Sintang, (satu) dan Gunung Kumbu, Kabupaten Sintang, (satu).
Sedangkan taman nasional di Danau Sentarum, Kabupaten Kapuas Hulu (tiga hot spot), dan suaka margasatwa di Kendawangan, Kabupaten Ketapang (tiga hot spot).
Sementara secara keseluruhan, sejak 1-24 September, sudah terdeteksi 3.266 hot spot di seluruh Kalbar. Angka tertinggi terjadi pada Kamis (20/9) dengan jumlah hot spot mencapai 613 buah, sebaran terbanyak di Kabupaten Sintang (279 hot spot).
Kabupaten Ketapang tercatat sebagai daerah dengan hot spot terbanyak pada periode tersebut yakni 985 buah, kemudian Sintang (737), Sanggau (409), Landak (286) dan Sekadau (264). (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007