Mata uang emerging market, seperti Indonesia, cukup terbantu oleh sentimen eksternal itu

Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi ini menguat sebesar 35 poin menjadi Rp14.110 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.145 per dolar AS.

Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong di Jakarta, Rabu mengatakan kuatnya harapan pelaku pasar terhadap tercapainya kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China masih menjadi faktor positif bagi mata uang negara berkembang.

"Mata uang emerging market, seperti Indonesia, cukup terbantu oleh sentimen eksternal itu," katanya.

Apalagi, lanjut dia, sentimen dari dalam negeri juga cukup kondusif. Sejumlah indikator data ekonomi nasional seperti inflasi, cadangan devisa, dan realisasi APBN 2018 cukup sehat dan kredibel.

"Sentimen domestik itu juga memicu aliran dana asing masuk sehingga mendorong permintaan mata uang lokal," katanya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan posisi cadangan devisa pada tahun 2019 ini kemungkinan bisa berlanjut naik dengan mulai masuknya dana asing kembali ke pasar saham dan obligasi negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Masuknya dana asing itu seiring dengan kemungkinan kebijakan suku bunga the Fed yang cenderung dovish," katanya.

Ia menambahkan aturan pemerintah mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang mewajibkan sumber daya alam (SDA) disimpan di bank lokal juga akan menjadi faktor positif bagi rupiah ke depan.

Baca juga: Analis: Penguatan IHSG masih dibayangi hasil pertemuan AS-China

Baca juga: Bank Dunia proyeksikan pertumbuhan ekonomi global melambat tahun ini

Baca juga: Harga minyak dunia naik dua persen lebih

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019