Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan bahwa tingkat inflasi hingga Oktober 2007 masih akan relatif tinggi sehingga kemungkinan BI Rate akan bertahan pada angka 8,25 persen. "Kita tahu bahwa September dan Oktober, besar kemungkinan inflasi akan tinggi karena faktor musiman," kata Deputi Gubernur Senior BI Miranda S. Goeltom usai mengikuti sosialisasi pelaksanaan Inpres Nomor 6 tahun 2007 di Jakarta, Selasa. Menurut Miranda, kemungkinan tingkat inflasi baru akan mengalami penurunan ke tingkat yang lebih rendah pada November 2007. "Mungkin pada saat itulah kita bisa mengambil keputusan," katanya. Ditanya apakah mungkin BI Rate mengalami penurunan hingga di bawah 8 persen pada saat itu hingga akhir tahun, Miranda menyatakan tidak tahu. Sementara itu mengenai kebijakan BI berkaitan dengan kondisi global seperti perkembangan kasus "subprime mortgage" di AS, Miranda mengatakan, belum banyak yang mengetahui perkembangan kasus itu akan seperti apa. "Tetapi sudah kelihatan bahwa dari sisi perbankan, kita sudah cukup kuat menghadapi pengaruh masalah itu," katanya. Dari sisi fundamental ekonomi, menurut Miranda, Indonesia terbantu dengan harga berbagai komoditas yang mengalami kenaikan seperti minyak, emas, dan tembaga. "Itu dampaknya positif terhadap cadangan devisa maupun balance of payment pemerintah," katanya. Sementara itu dengan adanya kebijakan bank sentral AS yang menurunkan bunga sebesar 50 basis poin, Miranda mengatakan, hal itu membuka kesempatan bagi Indonesia untuk mengevaluasi kebijakan karena makin besarnya perbedaan suku bunga Indonesia dengan AS. "Jika terdapat perbedaan suku bunga cukup besar, akan menarik rupiah untuk dimiliki, tetapi harus diingat jika ingin dimiliki dalam jangka pendek, maka potensi reversal (pembalikan) juga bisa cepat terjadi," katanya. Menurut dia, pihaknya akan terus memperhatikan berbagai langkah yang dilakukan pemerintah dalam rangka memanfaatkan dana-dana yang masuk ke Indonesia. "Kita akan terus mengamati apa yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi sehingga dana yang masuk dapat diserap ke sektor riil. Kalau investasi bisa jalan, saya rasa ke depan terbuka kemungkinan untuk melakukan kebijakan moneter yang lebih baik," katanya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007