"Produksinya (jagung) meningkat, kualitasnya juga bagus," kata Ketua STN Ahmad Rifai.
Menurut Rifai, pemberian bibit ini merupakan langkah maju yang harus diapresiasi karena mampu mengurangi beban petani. Apalagi, kelangkaan jagung yang terjadi akhir-akhir ini membuat wilayah Bima terus berbenah untuk menjadi salah satu lumbung jagung dengan kualitas baik.
"Saya pikir sudah saatnya kita harus memberi apresiasi atas sikap dan program pemerintah yang sudah memberikan bibit jagung kepada seluruh petani di Indonesia," katanya.
Rifai menambahkan, bibit ini dinilai sudah sesuai dengan yang diusulkan dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). "Prinsip kami adalah pemberian bibit dari pemerintah itu tidak sia-sia, apalagi gagal. Di NTB malah bagus dan produksinya juga meningkat," jelasnya.
Sementara itu, Anwar, salah satu petani di Bima, mengaku tidak mempersoalkan bibit tanam yang didistribusikan pemerintah. Menurut dia, selama bibit itu bentuknya adalah bantuan, maka ia dan para petani lain tidak mempersoalkan.
"Kekurangan memang ada, tapi bukan berarti gagal karena sebagian bibit sudah tumbuh dengan baik," pungkasnya.
Seperti diberitakan, Pemerintah melalui Kementan memang memiliki program yang dinamakan Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale). Lewat program ini Pemerintah terus mengupayakan peningkatan produksi Pajale, dengan memberikan berbagai bantuan bagi petani. Di antaranya bibit dan alat mesin pertanian.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019