Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah Selasa pagi turun tajam menjauhi level Rp9.100 per dolar AS, karena pelaku pasar melakukan aksi "profit taking" untuk mencari untung. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp9.165/9.175 atau turun 28 poin dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.137/9.140 per dolar AS. Pengamat Pasar uang dari Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan, di Jakarta, mengatakan aksi "profit taking" pelaku pasar mengakibatkan pergerakan rupiah yang menguat agak tertahan. Namun pasar masih cenderung untuk memegang rupiah, seiring dengan kepercayaan investor asing bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin berkembang, katanya. Investor asing, menurut dia, berminat membeli Surat Utang Negara (SUN), dan obligasi Ritel Indoensia (ORI) serta sertifikat bank Indonesia (SBI). Namun dari ketiga instrumen BI itu investor telah menempatkan dana terbesar di SUN, ujarnya. Karena itu, lanjut dia, penurunan rupiah saat ini hanya sementara saja, dan pada saatnya akan kembali memburu rupiah. Rupiah diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS, namun pergerakan ke arah sana memang tidak mulus, katanya. "Kami optimis rupiah akan bisa mencapai level Rp9.000 per dolar AS, melihat kuat dukungan pasar pasca penurunan suku bunga The Fed dan meningkatnya kepercayaan investor kepada Indonesia," tambahnya. Ia mengatakan, tekanan terhadap rupiah juga muncul dari pasar saham regional yang melemah akibat kekhawatiran terhadap kelanjutan dari dampak krisis kredit perumahan di AS dan melemahnya dolar AS. "Namun rupiah masih berpeluang untuk kembali menguat. Jadi koreksi yang terjadi saat ini hanya sementara, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007