Pasar tentu menyukai apa yang dikatakan (Ketua Fed Jerome) Powell pada Jumat (4/1) dan reaksinya telah menjadi negatif untuk dolar

Singapura (ANTARA News) - Kurs dolar AS melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Senin pagi, karena investor bertaruh bahwa Federal Reserve akan menghentikan pengetatan kebijakan pada 2019, yang mengurangi kekhawatiran pasar tentang perlambatan pertumbuhan AS.

Selera risiko secara luas kuat di awal perdagangan Asia, berkat pelonggaran moneter agresif China pada Jumat (4/1) untuk mengatasi perlambatan ekonomi yang tajam dan berharap bahwa Washington dan Beijing dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang komprehensif.

Yen Jepang melepaskan keuntungan awal, sementara euro naik 0,14 persen terhadap dolar di awal perdagangan Asia. Dolar Australia yang sering dianggap sebagai barometer selera risiko global juga naik 0,1 persen.

"Aliran berita yang telah kita lihat sejak Jumat (4/1) telah mengangkat sentimen," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney, dikutip dari Reuters.

"Pasar tentu menyukai apa yang dikatakan (Ketua Fed Jerome) Powell pada Jumat (4/1) dan reaksinya telah menjadi negatif untuk dolar."

McCarthy juga mengatakan bahwa pemotongan persyaratan cadangan bank China "sangat penting dan telah mengangkat komoditas-komoditas ... ini akan menjadi pendukung dolar Australia."

Pada Jumat (4/1), Powell mengatakan kepada American Economic Association bahwa The Fed tidak berada pada jalur kenaikan suku bunga yang telah ditetapkan dan bahwa pihaknya akan peka terhadap risiko-risiko penurunan pasar.

Meskipun data pekerjaan AS untuk Desember pada Jumat (4/1) lebih kuat dari yang diharapkan, banyak analis percaya ekonomi terbesar di dunia itu kehilangan momentum dan kenaikan suku bunga lebih lanjut adalah hal terakhir yang dibutuhkan.

Komentar Powell bahwa bank sentral "siap untuk mengubah sikap kebijakannya" mendorong sentimen investor dan mengirim saham-saham AS melonjak pada Jumat lalu (4/1).

Dolar mengungguli mata uang lainnya pada 2018, karena The Fed menjadi satu-satunya bank sentral utama yang menaikkan suku bunga. Jika The Fed mempertahankan suku bunganya pada 2019, analis melihat peluang tipis untuk greenback mengalami apresiasi lebih lanjut.

Indeks dolar, ukuran nilainya versus enam mata uang utama, berada di 96,12 pada Senin pagi, turun 0,07 persen.

Setelah data manufaktur lebih lemah dari yang diperkirakan, otoritas China memotong persyaratan cadangan untuk semua bank sebesar 100 basis poin. Langkah ini membebaskan 116 miliar dolar AS untuk pinjaman baru karena bank sentral mencoba mengurangi risiko penurunan laju pertumbuhan ekonomi.

Ukuran pemotongan berada di ujung atas ekspektasi pasar, dan dana-dana bersih yang dikeluarkan akan menjadi jumlah terbesar dalam lima pengurangan persyaratan cadangan bank sejak Januari 2018.

Pasar keuangan juga optimis tentang pertemuan para pejabat AS dengan rekan-rekan mereka di Beijing minggu ini, untuk pembicaraan tatap muka pertama sejak Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pada 1 Desember sepakat untuk gencatan senjata 90 hari dalam perang dagang mereka yang telah mengguncang pasar internasional.

Kedua belah pihak memiliki waktu hingga 1 Maret untuk membuat kesepakatan, setelah itu Trump telah berjanji untuk menaikkan tarif menjadi 25 persen dari 10 persen atas senilai 200 miliar dolar AS impor China.

Sterling sedikit lebih tinggi dibandingkan dolar pada 1,2734 dolar.

Dolar Kanada sedikit lebih kuat terhadap greenback pada 1,3375 dolar Kanada. Loonie atau dolar Kanada telah menguat selama tiga sesi berturut-turut karena rebound harga minyak.

Baca juga: Rupiah terapresiasi seiring pernyataan 'dovish' oleh Gubernur The Fed
Baca juga: Dolar AS di Tokyo diperdagangkan di paruh tengah 108 yen

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019