Jambi (ANTARA News) - Optimalisasi pengembangan lahan pertanian masam sulfat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) membutuhkan waktu, selain kesiapan petani dan tenaga pendamping dalam alih teknologi. Hamparan lahan di Kabupaten Tanjabtim yang merupakan wilayah pasang surut cukup tersedia, namun untuk menekan tingkat keasaman tanah juga membutuhkan infrastruktur pengelolaan tata air mikro, kata Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan, Erman Rahim di Jambi, Senin. Keberhasilan program itu akan tergantung juga pengadaan saprodi, bibit, dan pengalihan teknologi dari tim ahli ke petani. JICA Jepang ketika melakukan uji coba di lahan masam sulfat di Desa Rantau Rasau cukup berhasil yang mampu meningkatkan produksi panen mencapai 4-6 ton per hektare, namun membutuhkan dana amat besar karena harus menggunakan kapur untuk menekan keasaman akibat rembesan air pasang. Optimalisasi lahan masam sulfat itu kini juga melibatkan tim ahli dari IPB Bogor, sehingga Tanjabtim yang selama ini menjadi salah satu daerah lumbung padi di Jambi bisa swasembada beras. Selain itu juga untuk meningkatkan produksi kedele, dan palawija. Revitalisasi pertanian yang menjadi fokus Jambi untuk mencapai swasembada pangan, sifatnya terintegrasi antara penyediaan sarana dan prasarana pertanian, teknologi, bibit dan pemberdayaan petani, kata Erman. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007